Routines

650 39 18
                                    

Entah kenapa, apa saja hal yang kulakukan di kelas, aku selalu saja diganggu sama perempuan yang ada didepanku, Cesen.

Bukannya gak suka, tapi rasanya gak nyenengin dan nyebelin. Kadang dia juga baik sih, mau nulisin catetan buatku.

"Ar, lu tau gak nama cewek yang ada di pojok depan itu?"

Rio tiba-tiba menghampiriku dan membisikiku.

"Bentar gue inget-inget dulu.... Oh, Rica. Kenapa?"

Rio hanya mengangguk dan tersenyum lalu kembali lagi ke bangkunya.

Aku sering iseng memperhatikan Michelle sambil berpura-pura melamun. Yang dia lakukan hanyalah membaca komik jika pelajaran kosong.

---

"Vin, lagi gambar apa?" tanyaku.

Aku memperhatikan Viny sedang menggambar sesuatu di sebuah kertas.

"Kunang-kunang." jawabnya.

"Caranya? Kan kunang-kunang ada cahayanya, tapi kamu cuma pake pensil."

"Bayangin aja kalau gambar ini bercahaya. Cuma orang yang lagi bahagia aja yang bisa liat cahaya dari kunang-kunang ini... nih, buat kamu." Viny memberikan kertas itu padaku.

Saat aku menerima kertas itu, aku memandanginya, indah, tapi, aku belum bisa membayangkan cahaya di kunang-kunang itu. Apa aku kurang bahagia?

Aku merasa seperti diperhatikan. Aku mendongakan kepalaku dan melihat kearah kanan. Rupanya Michelle memperthatikanku.

Aku ingin berkata "Ngapain lihat-lihat?", tapi kurasa itu terlalu kasar.

"Ada apa Chell?" itu yang kukeluarkan dari mulutku.

"Gambarnya bagus... Vin, kamu punya gambar lain gak?" Michelle langsung menoleh kearah Viny yang ada dibelakangnya.

"Gak ada Chell. Aku jarang gambar sebenernya." jawab Viny.

Michelle mengeluarkan sketchbook ukuran A5 dari tasnya. Dia menaruhnya di meja Viny dan membukanya.

Aku yang penasaran menghampiri meja Viny, begitupula Hamidan, Gracia, dan Cesen.

Michelle meperlihatkan gambar-gambarnya. Michelle ternyata memiliki gambar-gambar yang bagus. Tak sedikit pula gambar komik empat panel yang digambar olehnya. Gaya menggambarnya adalah sejenis gambar Chibi.

"Woi, guru fisikanya udah dateng!" teriak salah satu teman yang berjaga melihat keluar jendela.

Biasanya jadwal piket dibuat untuk membersihkan kelas, tapi, dikelas kami, kami menambah tugas baru, yaitu mengawasi keluar kelas saat jam kosong.

Michelle memasukan kembali sketchbooknya dan kami cepat-cepat duduk ke bangku masing-masing.

---

"Maaf saya terlambat, saya tadi ada urusan. Nama saya Dwi Putra. Kalian bisa memanggil saya pak Dwi atau pak Putra, terserah."

Selain menjadi guru Fisika, pak Dwi juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, tak heran kalau dia sibuk.

"Saya tidak akan menyuruh kalian berkenalan demi menghemat waktu. Saya akan memberi pertanyaan kecil dan saya akan mengacaknya dari buku absen... Ya.. Viny, ada orang yang ingin pergi dari kota X ke kota Y yang berjarak 850 km dengan kecepatan 120 km/jam. Berapa lama waktu yang ditempuh orang itu sampai ke kota Y? Jam berapakah orang itu sampai ke kota Y kalau berangkat dari kota X jam enam pagi?"

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang