Something Wrong

398 33 22
                                    

Shinta, orang yang awalnya terlihat diam, kalem dan bersahabat dengan banyak orang, kini mulai menunjukan sifat lainnya.

Dia masih bersahabat dengan banyak orang sih, tapi dengan cara yang 'berbeda', apalagi dengan perempuan.

Ctak!

"Shinta! Sini kamu! Lepas tau!" Natalia mengejar Shinta, mereka kejar-kejaran.

Bukan hanya Shinta yang seperti itu, tapi beberepa perempuan mengikuti sifat Shinta yang seperti itu. Jadi, mayoritas laki-laki dan perempuan hampir tak ada bedanya.

"Waktu kecil sih dia nakalnya biasa, tapi aku gak nyangka dia sekarang kaya gini. Tapi dia masih baik sih." gumam Michelle.

Meski Shinta melakukan hal usil pada banyak perempuan, tapi dia tidak memperlakukan hal itu pada Michelle.

***

"Vin, si Aria beneran suka Michelle kan?" tanya Shinta pada Viny langsung, saat di kantin, saat Michelle masih memesan makanan.

"Tanya aja orangnya." jawab Viny sambil melirik kearahku yang ada di sebelahnya.

"Shinta... kenapa sih?" tanyaku dengan nada malas.

Shinta hanya menjawabku dengan senyumannya yang seperti biasanya. Ini entah sudah kali ke berapa menanyakan hal itu pada teman-temanku, entah apa tujuannya.

"Kamu bilang sendiri apa aku yang bilangin?" tanya Shinta padaku.

Ok, kali ini pertanyaannya berbeda.

"Gak!" jawabku spontan dan gugup.

Shinta tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

Michelle datang.

Entah ini perasaanku saja atau tidak, hubunganku dengan Michelle 'agak menjauh' semenjak kedatangan Shinta. Bukannya berpikir buruk, tapi itulah yang kurasakan. Aku yang sulit menemukan topik pembicaraan selalu kalah dengan Shinta yang memiliki banyak topik bermodalkan masa lalu.

Masa laluku yang 'berhubungan' dengan Michelle? Hanya Medelyne, apa harus?

"Eh Chell, tau gak..."

"Shinta!" teriakku langsung.

"Apa?" tanya Shinta.

Rupanya, Shinta hanya bergosip sesuatu dengan Michelle, untunglah.

"Vin, aku kok agak gak enak ya.." bisikku pada Viny.

"Kamu sakit?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku.

Sepertinya Viny mulai mengerti dan segera menghabiskan makanannya, lalu membayar.

"Yuk?" ajak Viny.

Aku mengangguk kemudian berdiri.

"Semuanya, kita duluan ya?" pamitku pada Michelle dan Shinta.

Mereka berdua mengangguk, lalu aku dan Viny pergi.

---

Akhir-akhir ini, hanya aku, Viny, Michelle dan Shinta yang sering ke kantin, sedangkan Hamidan dan Gracia sering menghabiskan waktu bersama, entah apa yang mereka lakukan, tapi mereka masih saja tak kunjung jadian.

"Kenapa lagi Ar? Michelle sama Shinta lagi?" tanya Viny.

Kami duduk di kursi depan kelasku, sambil melihat orang-orang yang bermain basket waktu istirahat.

"Iya Vin, aneh aja. Rasanya kalo mau ngobrol sama Michelle tapi ada Shinta, aku serasa gak bisa ngomong banyak. Kalo ngomong banyak, takutnya ntar Shinta godain kita terus Michelle curiga."

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang