Aria POV
"Kayanya besok gue mau tembak dia."
"Siapa?"
"Michelle."
"Ha!?"
"Iya, sekalian Valentine kan."
Tampar aku berkali-kali. Hamidan ingin menembak Michelle. Perasaanku menjadi kacau mendengarnya.
Hamidan dan Michelle bisa dibilang dekat. Meski Michelle cenderung sering membaca komik, dia lebih tertarik kalau Hamidan sudah mengeluarkan laptopnya dan memainkan game berbau horror, ya, keuntungan bagi Hamidan.
Besok memang sudah Valentine, hari kasih sayang, katanya. Kebetulan saat ini aku sedang membuat tugas kelompok dikelas bersama Hamidan dan Lisa.
"Lu yakin mau nembak Michelle?" tanya Lisa. Lisa sepertinya mengerti beberapa hal tentang Michelle, karena mereka juga sangat dekat meski sebagai teman baru di SMA.
"Kenapa? Kok kayanya meragukan banget?" tanya Hamidan.
"Gimana ya.. Michelle keliatannya bukan tipe orang yang mikirin percintaan." jawab Lisa.
"Lagian demi apa coba lu nembak Michelle?" tanyaku. Hamidan berpikir.
"Ok deh, besok dia gue kasih coklat aja." ucap Hamidan santai.
Semudah itu?
---
Saat istirahat, kebetulan hanya ada aku di Michelle berdua di kelas. Aku ingin mencoba bertanya dengannya tentang Valentine.
"Gak ah, ngapain repot-repot beli coklat buat orang lain. Mending beli sendiri terus dimakan sendiri." jawabnya enteng sambil membaca komik.
***
Viny POV
Bel pulang telah berbunyi. Seperti biasa, Aria menemaniku menunggu di jemput oleh papaku.
"Vin, gila, masa besok Hamidan mau nembak Michelle.."
"Ha!?"
"Kaget kan? Sama."
Hamidan nembak Michelle?
"Gracia?" tanyaku. Aria menggeleng tanda dia tidak memberitahu hal ini pada Gracia.
"Tapi Hamidan kayanya gak jadi nembak kok, dia masih belum yakin." Aria tertawa kecil.
"Lagian, apa sih spesialnya Valentine?" Lanjutnya. Aku tersenyum dan mengangkat bahuku.
"Kamu gak ada rencana ngasih coklat buat seseorang kah? Orang yang paling kamu sayang?" tanyaku. Entah nada apa yang kugunakan, tapi sepertinya membuat Aria berpikir bersungguh-sungguh. Semoga jawabannya..
"Aku mau kasih sesuatu buat ciciku deh."
Ah.. em.. Tak apalah kalau untuk cicinya. Lucu, aku berharap aku diberi coklat olehnya. Lagipula, ci Elaine sangat menyayangi adiknya, Aria, begitu juga sebaliknya.
"Kenapa? Muka kamu aneh deh." tawa Aria.
Aku baru sadar. Setelah aku mendengar jawaban Aria tadi, mulutku sedikit terbuka.
"Gapapa. Biasanya cowok ngasih coklat ke cewek seumurannya, tapi kamu ngasih buat cici kamu."
"Gapapa kan, lagian dia sayang aku, aku juga sayang dia."
Sepertinya aku yang terlalu berharap.
"Nanti bikin coklat dirumahku gimana? Bikin coklat spesial buat cici kamu. Kalau beli kan gak asik, gimana?" tawarku, sekalian.. hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!