My Own Value

435 30 9
                                    

Elaine POV

"Tujuan terakhir kita di hari terakhir ini adalah pusat perbelanjaan, jadi, silahkan puas-puaskan membeli oleh-oleh untuk keluarga."

Tak lama kemudian, bus yang kunaiki berhenti didepan pusat perbelanjaan, atau bisa dibilang, mall.

Untuk apa jauh-jauh kesini kalau mengunjungi tempat seperti ini?

Aku turun dan berjalan bersama sahabatku, Sofi. Selama berjalan pun Sofi mengeluh, keluhannya sama sepertiku. Yang kami lewati hanya toko-toko pakaian branded yang bisa ditemukan di mall manapun.

"Len, Samuel sendirian tuh, di toko sepatu. Gak kamu samperin?" bujuk Sofi.

Apa yang dilakukannya di toko sepatu? Aku dan Sofi menghampirinya.

"Hei, mau beli sepatu?" tanyaku pada Samuel.

Aku melihatnya memegang satu sisi sebuah sepatu, sepatu yang sangat tidak asing bagiku.

"Enggak kok, cuma keinget aja, heran, sepatu kaya gini kok masih ada, hehe.." Samuel menaruh sepatu itu ke display dan pergi meninggalkanku dan Sofi.

"Yah pergi." ledek Sofi.

Aku tak menanggapi ledekan Sofi. Aku mengambil sepatu itu dan terus memandanginya.

Flashback

"Aduh, udah jam segini!" aku menepuk jidatku dan berlari menuju Gym.

Ini hari pertama aku mengikuti ekstra basket, dan aku terlambat di hari pertama, hebat.

Meski tubuhku kecil, aku sangat ingin bisa bermain basket. Sejak pertama aku masuk SMP, banyak sekali yang membullyku karena penampilanku yang culun, memakai kacamata bundar dengan rambut di twintail. Aku terlihat seperti kutu buku. Tapi memang aku kutu buku sih, buktinya, hari ini aku terlambat latihan sampai 10 menit karena terlalu lama di perpustakaan.

Saat hampir sampai, aku tiba-tiba terjatuh. Aku segera mencari tahu apa yang membuatku jatuh. Ternyata, sol sepatuku terlepas sedikit. Segera, aku mengoleskannya dengan lem kertas yang selalu kubawa. Setidaknya ini bisa membuatnya bertahan. Setelah itu aku berlari lagi.

"Bagus! Hari pertama sudah terlambat!" bentak sang pelatih padaku.

Aku langsung membungkuk dan meminta maaf. Saat berjalan ke bangku untuk menaruh tasku, banyak yang melihatku dengan tatapan benci, seakan mereka tak mengharapkan keberadaanku disini.

"Hei, ngapain cuma lihat-lihat? Kamu mau latihan apa nonton?" teriak seorang laki-laki yang sedang berlatih basket padaku.

Aku mengangguk cepat dan segera mengambil baju gantiku, aku segera ke ruang ganti.

Setelah ganti, aku memasukkan seragamku ke tas dan segera masuk ke lapangan.

Baru saja aku masuk ke lapangan, sebuah bola langsung menghantam kepalaku.

"Aduh.. Sakit ya? Makanya tangkep!" bentak seorang perempuan padaku.

"Sofi!" bentak sang pelatih.

Perempuan itu menghampiriku dan membantuku berdiri, dengan terpaksa tentunya. Setelah itu dia pergi lagi.

Bisa dibilang latihan pertamaku sangat payah karena responku sangatlah lambat. Kerap kali bola menghantam kepalaku daripada tertangkap olehku. Sang pelatih hanya geleng-geleng melihatku, sedangkan para laki-laki hanya bersorak-sorak tidak jelas.

***

"Kamu ini bener-bener mau bisa main basket ya?" tanya mamaku waktu makan malam.

Aku menganggukkan kepalaku. Rasanya masih agak sakit kalau aku menggerakkan kepalaku.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang