Forgive Me, My Jewel

470 36 8
                                    

Viny POV

Sejak kejadian kemarin, aku merasa bersalah karena telah menamparnya dan mengatai dia bodoh. Aku kemarin sudah sangat cemburu saat melihat dia dan ci Sofi berpelukan. Aku kemarin sangat tidak bisa menahan diri, dan hari ini aku sangat merasa bersalah.

Aku ingin minta maaf, tapi aku tak tau caranya. Mungkin dia tau.

Aku langsung bercerita banyak hal kepada Hamidan yang kebetulan dia sedang sendirian karena Michelle sedang keluar bersama Stefan pagi ini.

"Rasanya belum ada seminggu sekolah kalian udah berantem.." komentar Hamidan.

"Jadi, lu tau gak caranya biar gue sama Aria baikan?"

Hamidan bertopang dagu.

"Lu ngerasa bersalah kan? Kenapa gak lu aja yang minta maaf?"

"Kalo gue berani udah gue lakuin daritadi Dan."

"Lu gak berani apa gengsi?"

Kalimatnya menusuk kali ini. Aku.. akupun tak tau kenapa aku tak berani minta maaf, padahal aku tau aku yang salah.

***

Sudah berhari-hari ini aku dan Aria tidak saling bicara. Bertemu saat jalan pun kami tidak bertegur sapa. Bahkan, kudengar akhir-akhir ini dia sering bersama Gracia. Aku merasa tersingkirkan, aku menyesal.

"Loh Vin? Lu putus sama Aria?"

Pertanyaan itu membuatku terkejut saat aku sedang menidurkan kepalaku diatas meja kelas. Aku langsung menoleh ke kanan, rupanya Stefan berdiri di sebelahku.

"Dulu gue liat kalian klop banget, kemana-man berdua, tapi udah dua minggu ini kalian gak interaksi sama sekali.."

Dua minggu!? Selama itu kah!?

"Tapi masa putus sih, gelang kalian aja masih sama.."

Gelang!?

Aku tak sadar. Ternyata, sudah hampir dua tahun aku dan Aria memakai gelang yang sama. Meski tak bertegur sapa saat bertemu, aku yakin kalau dia masih mengenakan gelang ini.

Aku langsung bicara pada Stefan kalau sebenarnya Aria adalah sahabatku. Aku juga bercerita padanya apa yang membuat kami 'bertengkar' sampai seperti ini. Aku juga menyuruhnya untuk tidak bercerita pada siapapun.

Sekitar satu minggu aku bisa dibilang cukup dekat dengan Stefan.

"Jadi, mau kapan minta maafnya?"

"Gak tau juga.."

"Fan, aku pusing.."

Michelle berjalan kearah kami. Dia bilang kalau dia ingin diantar ke UKS. Stefan meninggalkanku.

Aku berpikir sendiri sekarang.

Memang bukan dia yang salah, tapi aku. Akupun baru merasa kehilangan, sangat kehilangan oleh karena ulahku sendiri. Akupun teringat betapa pentingnya dia di hidupku.

***

Aria POV

Sudah sekitar dua tiga minggu aku tak berinteraksi dengan Viny. Bertemu pun aku tak berani menyapanya, karena aku takut dia masih marah padaku. Dia pun sekarang terlihat dekat dengan anak sekelasnya, Stefan.

Selama ini aku hanya curhat pada Gracia dan ciciku, dan, aku tak ingin ci Sofi tau tentang ini.

Bahkan hampir setiap hari aku mengajak Gracia keluar supaya aku bisa menenangkan pikiranku.

Hari ini aku mengajak Gracia ke sebuah café.

"Udah seminggu ini dia deket sama orang lain. Apa dia udah nemuin temen baru?" ucapku pada Gracia dengan penuh penyesalan.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang