Struggle, Start

478 28 4
                                    

Viny POV

Seperti biasa, pagi ini Aria sudah bersandar di balkon sekolah sendirian. Aku berdiri di sebelahnya. Aku ingin menanyakan suatu hal yang bisa dibilang menakutkan bagiku.

"Ar.. kamu suka Michelle?"

Setelah aku melontarkan pertanyaan itu, Aria menjadi semacam salah tingkah.

"Eh, enggak kok. Aku cuma ngerasa dia beda sama yang lain." jawab Aria.

"Beda gimana?"

"Gak tau, ya.. beda aja." ucapnya sambil melihat kembali kendaraan yang berlalu-lalang dijalanan.

"Ya.. kuharap sih, dia gak kaya adiknya.." lanjutnya.

Baru kali ini aku kesulitan menebak Aria, padahal biasanya mudah.

Aku melihat kebelakang. Aku melihat sosok Gracia berjalan dengan lemah, seperti tidak punya semangat hidup. Dia berjalan dengan kepala menghadap kebawah. Aku mengikutinya masuk ke kelas.

"Kamu kenapa Gre, dari kemarin-kemarin lu lemes keliatannya?"

Gracia diam sebentar.

"Agak capek Vin, sama Hamidan.." jawabnya sambil tiduran di meja.

Aku menarik satu kursi yang belum ditempati ke sebelah Gracia. Aku memintanya untuk bercerita.

"Ya gitu lah Vin, dia sekarang sama Michelle perhatian banget, sekelas lagi. Kalo liat mereka rasanya sakit."

Meski Hamidan yang paling mencolok menyukai Michelle, aku sebenarnya juga merasa cemburu walaupun Aria hanya mengobrol dengan Michelle meski tadi dia bilang tidak suka Michelle, tidak seperti saat Aria mengobrol dengan anak perempuan lain.

"Gue juga Gre sebenernya, tapi ya gimana, kita cuma sahabat mereka." ucapku sambil memainkan gantungan gelangku yang sama dengan milik Aria.

Grek..

Pintu kelas terbuka, Michelle membuka pintu. Dia tidak langsung masuk, tapi masih berdiri di ambang pintu sambil menghadap keluar, tertawa. Aku melihat sedikit. Rupanya dia mengobrol dengan Aria sebentar, lalu Michelle baru masuk.

"Ada apa Vin?" tanya Michelle padaku. Apa aku barusan melihat Michelle dengan tatapan aneh?

"Eng, enggak ada apa-apa." jawabku dengan cepat.

***

Akhir-akhir ini, setiap malam aku seperti orang kesepian. Pesan berisik yang sering dikirim Aria untukku sudah mulai berkurang, bahkan terkadang tidak ada.

Untuk mengatasi kebosanan malam ini, aku memencet remot TV. Aku memencetnya secara acak hanya untuk mengisi kebosanan. Tak ada yang menarik malam ini. Aku rindu Aria yang lama.

***

Liburan akhir semester satu dimulai. Libur yang kami dapatkan adalah dua minggu. Sayangnya, ada satu hal yang mengganggu, apalagi kalau bukan tugas.

Untungnya, entah akan berjalan lancar atau tidak, kelas kami akan membuat tugas bersama secara ramai-ramai. Rencananya kami akan mengerjakannya di sebuah tempat makan yang terletak di gunung di kota kami karena kebetulan uang kas kelas kami sangat banyak.

Namun, kami baru akan naik ke atas gunung di siang hari karena paginya para laki-laki ingin pergi berenang dulu. Kami semua berkumpul di depan minimarket depan sekolah untuk pergi ke lokasi kolam renang.

"Ar, aku bareng kamu ya?" tanyaku pada Aria.

Aria hanya menggaruk-garuk kepalanya sambil menoleh ke teman-teman yang lain.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang