Kelas sebelas IPS dua... ini dia.
Hari ini ciciku sedang demam, jadi, aku harus mengantarkan surat ijin ke kelasnya, selagi masih pagi dan sepi.
Saat aku hendak keluar,
"Ar? Ngapain?" tanya Samuel yang kebetulan mau masuk kelasnya.
"Cici gue sakit, gue nganter surat ijinnya ke kelasnya, lu sekelas?" jawabku.
"Iya.." balas Samuel sambil berlalu masuk ke kelas.
Aku pergi ke kelasku.
Kelasku masih sepi. Hanya ada aku. Ya, hanya aku.
"Ar, sini bentar."
Samuel memanggilku dari pintu kelas. Dia mengajakku mengobrol di depan kelas.
"Jadi, lu sama Elaine pacaran itu cuma boongan kan?" tanya Samuel.
"Jelas lah! Gila apa pacaran sama kakak sendiri.."
"Gue udah tau sih, Elaine juga udah bilang kok.. Eh, gue duluan ya.."
Samuel meninggalkanku. Aku melihat dia berjalan menuju seorang kakak kelas perempuan.
Sepertinya aku pernah mengenal perempuan itu... Kak Dea? Apa ada hubungan sesuatu antara Samuel dengan kak Dea?
Tak ada yang ingin kulakukan di luar kelas, lebih baik aku masuk lagi.
---
"Aria udah bikin PR Fisika belum?" tanya Cesen.
PR Fisika? Oh!
"Ya ampun lupa!" aku menepuk dahiku.
Cesen langsung membuka tasnya dan memberikan buku tulis padaku.
"Nih, aku pinjemin." ucap Cesen.
Tanpa banyak bicara, aku langsung mengambil buku tulis Fisikaku dan menyalin PR Cesen.
Baik juga Cesen ternyata.
Saat aku sedang menyalin PR Cesen, Cesen memperhatikanku, tapi aku tidak mempedulikannya.
Michelle datang.
Dia tidak langsung duduk ke bangkunya, dia berdiri disampingku.
"Apa itu? Fisika?" tanya Michelle.
Aku hanya mengangguk. Michelle langsung membanting tasnya kebawah dan mengambil buku tulisnya, dia ikut menyalin PR di mejaku. Bisa konyol juga anak ini ternyata. Tanpa sengaja aku tersenyum sendiri saat memikirkan tentang kekonyolan Michelle.
Aku telah selesai.
"Dah, bawa nih ke meja kamu." perintahku pada Michelle.
"Gak ah, nanggung." balasnya.
Viny datang dan duduk dibangkunya.
"Michelle ngapain disitu?" tanya Viny.
Michelle tak menjawab.
"Nyalin PR Fisika. Udah buat?" tanyaku balik.
"Udah.." jawab Viny.
"Paham?" tanyaku.
"Iya."
Aku beranjak ke bangku Viny dan berlutut menghadap mejanya.
"Ajarin dong." ucapku sambil mengeluarkan senyum konyol.
Viny mengangguk, tertawa dan memencet hidungku.
Viny mengajariku sekilas tentang materi Fisika yang dijadikan PR. Gracia yang baru datang menghampiri kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!