Karena ciciku ingin dimanja, hari Minggu ini aku seharian memanjakannya, bahkan menyuapinya saat makan di kamar.
"Elaine! Aria! Ada Viny!" teriak mamaku dari depan.
"Suruh masuk kamar aja ma!" sahutku dari kamar.
Beberapa saat kemudian, Viny masuk ke kamar.
Viny datang membawa sekantung plastik berisi buah-buahan.
"Aaa~ Calon adik ipar cici baik banget~" ucap ciciku.
Wajahku dan wajah Viny langsung merah seketika.
"Apaan sih ci.." ucapku sambil menjejalkan paksa sesendok makanan ke mulut ci Elaine.
Ciciku mampu memakannya dengan biasa.
"Em.. Ci Elaine udah baikan?" tanya Viny.
"Udah kok, besok aja udah masuk sekolah." jawab ci Elaine.
"Oh.. Eh, Ar, kamu gapapa kan?" tanya Viny.
"Emang aku kenapa?"
"Yang kemarin itu..."
Aku langsung teringat kejadian di sekolah kemarin.
"Sst! Gak masalah kok, palingan gak sengaja, aku kan udah bilang dari kemarin." jawabku.
Ciciku memasang wajah bingungnya.
"Ada apa dek?" tanya ciciku.
"Ng..nggak kok, tadi gak sengaja kesenggol orang, abis itu jatuh.." jawabku.
Ciciku memasang muka sedikit marah.
"Mana ada kalau gak sengaja kesenggol orang bisa jatuh?" ciciku mulai serius.
"Em.. ci, mau apel apa jeruk?" Viny berusaha mengalihkan topik.
"Kamu kalau ada masalah, cerita sama cici, jangan diem aja."
Ciciku tidak menanggapi pertanyaan Viny.
Aku terpaksa menceritakan kejadian disekolah tadi, daripada ciciku marah karena terlalu khawatir.
Setelah bercerita, wajah ciciku sedikit tenang, tapi masih menahan sesuatu.
"Ok.. Jeruk deh Vin." ciciku baru menanggapi Viny.
Segera, Viny mengambil satu jeruk dari plastik dan mengupasnya, setelah itu kita makan bersama.
---
Setelah makan jeruk, ciciku bilang kalau dia mau mandi. Dia meninggalkanku dan Viny di kamar.
"Maaf ya Ar, malah ngerusak suasana tadi.." Viny menundukan kepalanya.
"Gapapa kok, gak ada salahnya ciciku tau."
"Tapi bener deh Ar, orang itu hawa-hawanya punya dendam sama kamu." lanjut Viny.
Viny memang orang yang sangat perasa. Hanya dengan melewati orang saja dia bisa menebak mood orang yang baru dilewatinya.
"Aku juga ngerasa gitu sih, tapi aku gak mau berburuk sangka aja.." lanjutku.
"Sabar ya Ar.." Viny mengelus pundakku.
Suasananya jadi terasa aneh sekarang. Canggung.
"Em.. Vin, kita keluar aja yuk.." ajakku.
Viny mengangguk dan kita meninggalkan kamar.
Kami mengobrol di ruang tamu.
"Eh, kamu udah mikir belum mau ikut ekstra apa?" tanya Viny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!