Danger of Love?

475 28 10
                                    

"Oh.. semoga gak kejadian ya.."

Setelah aku bercerita tentang mimpiku pada ci Elaine, aku berniat untuk tiduran sebentar, tapi karena kelelahan, aku jadi keterusan.

***

Elaine POV

Liburan semester telah usai. Tahun kini berganti dari 2013 menjadi 2014. Seperti biasa, keluarga kami merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga tante Desy.

Di hari pertama sekolah pun, seperti biasa, kami berangkat ke sekolah bersama setelah sarapan, kali ini Aria yang mengendarai motor.

Keadaan sekolah masih sepi seperti biasa. Entah kenapa aku dan Aria terlalu terobsesi untuk berangkat pagi. Aria menurunkanku di depan sekolah, kemudian dia pergi ke tempat parkir sendirian. Tempat parkir untuk siswa berbeda dengan guru. Kalau guru parkir di dalam sekolah, para siswa parkir di tempat lain yang dekat dengan sekolah.

Seperti biasa, tak ada orang di kelas kecuali aku. Aku melakukan kebiasaan rutinku. Meski bukan aku yang piket, aku selalu membersihkan papan tulis dan juga mengganti tanggal yang ada di papan tulis, setiap hari.

Setelah urusan kelas beres, aku duduk di bangkuku dan memainkan HPku seperti biasa, sambil menunggu teman-teman datang.

"Elaine!" panggil seseorang dari pintu kelas. Dia Sofi, sahabatku sejak SMP, kini dia di kelas sebelah. Sudah kebiasaannya menghampiriku ke kelasku pagi-pagi.

"Gak ada yang spesial di tahun baru ini?" tanya Sofi padaku.

Spesial? Ya, kali ini spesial karena aku merayakannya bersama keluargaku yang sangat kucintai, apalagi?

"Kenapa Sof?"

"Gapapa sih, tanya aja, siapa tau lu punya harapan baru." tanya Sofi sambil mengangkat satu alisnya.

"Ih apaan sih.." balasku sambil mencubit pundak Sofi.

"Maksud gue harapan biar tambah pinter apa tambah lucu, eh,lu udah terlalu lucu ya." balas Sofi sambil tertawa.

Kami berbagi pengalaman tentang liburan kami kemarin. Aku hanya terkagum mendengar cerita Sofi. Dia selama satu minggu pertama liburan di luar negeri bersama keluarganya. Terdengar menyenangkan sih, tapi dengan berdua di kamar dengan adikku saja sudah menyenangkan, tidak perlu sampai keluar negeri.

"Berisik banget pagi-pagi." ucap Samuel yang baru masuk kelas dengan gaya jalan malasnya. Aku hanya menyapanya dengan senyumanku.

"Eh, gue duluan ya." Sofi mengeluarkan senyum liciknya dan keluar dari kelasku. Dia tau kalau aku suka dengan Samuel.

Kelas ini hening. Hanya ada aku dan Samuel yang asik memainkan HPnya di kelas.

"Jam segini masih sepi. Udah pada lupa sekolah mungkin ya, haha.." aku berusaha mencairkan suasana, tapi tidak ada respon lebih dari Samuel selain tawa kecil darinya. Dia cuek sekali.

Beberapa saat kemudian, dia keluar dari kelas. Aku berencana mengikutinya diam-diam. Kulihat dia menuruni tangga. Saat aku ingin menuruni tangga, dia langsung menoleh kebelakang. Aku yang untung saja belum menuruni tangga langsung berjalan menuju adikku yang bersandar di balkon sekolah, hampir saja.

"Hm? Tumben kesini?" tanya adikku.

"Ih, emang gak boleh!?" balasku dengan nada manja karena aku merasa ada orang dibelakang kami. Adikku menoleh kebelakang.

"Eh, pagi Chell." sapa adikku. Perempuan itu hanya mengangguk dan masuk ke kelasnya.

Aku memandangi jalanan, dimana orang-orang berlalu-lalang untuk memulain aktivitas di pagi hari. Asik juga rupanya, pantas saja adikku sering disini.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang