"Sudah tiga hari Lisa gak masuk, gak ada yang jenguk dia?"
Sudah tiga hari ini Lisa tidak sekolah karena sakit, entah apa penyakitnya. Bu Alicia menyarankan kami untuk menjenguknya.
"Vin, nanti mau ikut gak?" tanyaku pada Viny.
"Em.. kayanya enggak deh.." jawabnya.
"Dan? Gre?"
"Gue ikut." jawab Hamidan.
"Nggak.." jawab Gracia.
Orang yang akan menjenguk Lisa akan di data. Yang ikut adalah aku, Hamidan, Rio, Kevin, Okta, Feni, Via. Hanya enam orang. Dari duapuluh tiga murid hanya enam yang ikut.
***
Malamnya, kami berkumpul didepan sekolah sebelum pergi kerumah Lisa, karena hanya Kevin yang tau rumah Lisa.
---
Kami pun sampai kerumah Lisa.
Kami bertemu dengan Lisa. Dia hanya demam, tapi tak sembuh-sembuh, tapi dia sudah baikan dan bisa sekolah besok.
Entah apa yang kami obrolkan, tiba-tiba muncul tantangan.
"Ayo semuanya, ngaku, siapa orang yang kalian suka?" tantang Feni.
"Dimulai dari Rio." lanjutnya.
Tempat duduknya berurutan, dari Rio, Hamidan, aku, Kevin, Via, Okta, lalu Feni.
"Haha, kalo aku sih, Rica." jawab Rio enteng.
Pantas saja dia dulu bertanya tentang orang itu.
Selanjutnya Hamidan. Apakah masih Ve?
"Em.. Michelle."
!?
Dalam hatiku, aku terkejut. Dia suka Michelle? Michelle!? Sejak kapan?
Karena aku terlalu banyak berpikir, pertanyaan yang sama dilemparkan padaku, dan aku belum siap menjawab, sampai-sampai aku menyebut nama orang yang kuanggap menyebalkan,
"Cesen."
Sial! Aku kelepasan!
"Ha? Lu suka Cesen?" Feni tertawa terbahak-bahak mengejekku.
Entahlah, memang Cesen menyebalkan, tapi dia baik padaku, jadi, bodo amat lah.
Tantangan berlanjut terus dan berakhir di Feni. Setelah memberitahu tugas-tugas dan meminjamkan catatan pada Lisa, kami pun pamit.
---
Keesokan paginya, aku sampai dikelas dan langsung tiduran di meja.
"Kamu kenapa Ar?"
Oh, rupanya Cesen telah datang lebih pagi dariku, tapi aku tak sadar kalau ada dia.
"Gapapa, cuma masih ngantuk aja.."
Entah sejak kapan dan darimana datangnya, tiba-tiba Feni mengganggu.
"Wah, pagi-pagi udah mesra-mesraan nih~"
Aku mengadahkan kepalaku kearah Feni dengan tatapan dingin dan kembali tiduran.
"Maaf ya~"
***
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan juga berganti, teman-temanku sering 'mencomblangkanku' dengan Cesen. Memang aku sebal pada awalnya, tapi lama-kelamaan, mulai muncul sedikit perasaan pada Cesen, hanya sedikit. Apapun yang tak bisa kulakukan dia pasti membantu. Bahkan tak jarang pula Cesen memberiku makanan. Tapi hanya satu orang dikelasku, yang kuberitahu kenyataan tentang ini, Viny. Hanya dia yang kuberitahu kalau aku tidak serius dengan Cesen. Setelah itu pula, Viny yang awalnya agak diam denganku menjadi seperti biasa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!