Festival, Sounds Good? (1/2)

449 27 19
                                    

Semester satu telah terlampaui, dan awal tahun ini langsung memasuki semester dua.

Tapi, sesuai 'adat' yayasan sekolahku, selama satu minggu pertama saat pertama memasuki semester dua diadakan bazar besar di SMP Anno-Domini.

Bisa dibilang bukan bazar, tapi semacam festival, dan dibuka untuk umum.

Acara dilakukan disana karena luasnya wilayah yang mencakup dari playgroup sampai SMP.

Acara itu di selenggarakan tiap lima tahun sekali, dan tahun ini pertama kalinya aku mengikutinya.

Dulu pernah sebenarnya, tapi aku datang kalau keluargaku mengajak.

***

Senin diawal semester dua, dikabarkan selesai upacara, seluruh siswa SMA Anno-Domini harus menghadiri festival yang diselenggarakan.

Dan itu artinya? Bagaikan libur tambahan selama satu minggu!

Aku, Viny, Hamidan dan Gracia berjalan bersama menuju SMP Anno-Domini yang letaknya sekitar enam ratus meter dari SMA kami.

"Wah, udah hampir satu tahun nih gak mampir." aku membuka obrolan.

"Iya juga ya, kaya apa ya sekarang?" sahut Viny.

Kami berempat mengobrol sedikit tentang kehidupan SMP kami. Dan untungnya, tidak ada dari mereka yang menyinggung cerita tentang Medelyne.

---

Dari gerbang depan, banyak sekali stand yang berjejer.

Stand bagian depan sudah dipenuhi oleh stand makanan maupun minuman. Kami berempat belum merasa lapar, jadi kami meneruskan masuk.

Tepat di halaman SMP yang terbuka, ada panggung yang cukup besar yang ditengah kumpulan stand. Kelihatannya masih di siapkan untuk pembukaan nanti.

Kami masuk ke aula.

Aula yang awalnya terasa kecil sekarang terasa besar, karena di dalam aula juga ada stand, tapi di dominasi stand perusahaan bahkan job fair.

Karena tidak terlalu tertarik, kami langsung keluar dari aula, menuju halaman.

"Jam segini masih belum pada buka." keluh Hamidan.

Benar. Kebosanan tidak hanya melanda kami berempat, tapi sepertinya seluruh siswa SMA kami.

Tempat ini sudah ramai oleh anak-anak dari playgroup sampai SMA, tapi stand yang terlihat menarik belum dibuka.

"Gimana kalo kita keliling SMP aja?" usul Gracia.

Ide bagus. Lagipula di daerah bazar membosankan.

Kami berempat berkeliling, dimulai pinggir lantai satu tapi langsung ke lantai tiga tanpa menyusuri lantai satu ataupun dua, karena lantai tiga merupakan kelas pertama kami semua.

Kami berjalan bagaikan penguasa, karena tiap kami berjalan, banyak sekali pasang mata anak SMP yang melihat kearah kami.

"Duh! Kok tiba-tiba berhenti?" Viny menabrak punggungku karena aku berhenti dengan tiba-tiba.

Saat kami melewati lab bahasa, tiba-tiba aku berhenti, karena sesuatu di dalamnya membuatku tertarik. Ketiga temanku langsung ikut mengintip dari jendela.

"Oh, pantes." ucap Viny.

Di dalam lab bahasa yang dikosongkan, terdapat banyak sekali murid kelas sembilan yang sedang berlatih tarian adat dan juga mengenakan pakaian adat juga.

Dan secara otomatis, pandanganku langsung tertuju pada seseorang.

"Ayo, flashback nanti." Viny mendorong tubuhku dengan paksa.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang