Elaine PoV
Sudah jam sembilan lewat, tapi dia tak kunjung datang. Ya.. namanya juga Jakarta, pasti dia kejeba..
Brrt
Nah, baru aja aku pikirin, datang juga dia.
"Semuanya, aku pergi dulu ya!" pamitku pada semuanya yang kebetulan berada di ruang tengah.
Saat aku melihat kearah adikku dan Viny, aku sampai berpikir,
"Mau sampai kapan mereka seperti ini terus?"
---
"Em, kita ke kampusku dulu ya, aku mau kumpulin tugas." pinta Samuel saat aku baru memakai helm.
"Katanya libur hari ini?"
"Kan cuma kumpulin tugas aja, lagian emang dosennya rese."
"Ya deh. Eh, kita nanti cari tempat apa gitu, spot buat nyatain cinta, buat temennya Aria."
"Ok, nanti kita cari bareng, tapi habis dari kampus aku ya."
Aku megiyakan saja, kemudian naik keatas motor dan pergi.
***
Kampus Samuel sepi hari ini. Ada sih beberapa orang, tapi kelihatannya mereka orang yang bernasib seperti Samuel, harus mengumpulkan tugas akhir semester di hari yang seharusnya sudah libur.
Aku berjalan sambil melihat-lihat papan-papan pengumuman. Tidak terlalu penting memang, tapi menarik saja untuk dilihat, apalagi kampus Samuel tidak terlalu besar tidak terlalu kecil.
Akhirnya kami sampai di sebuah lift.
"Kenapa?" tanya Samuel.
Mungkin dia agak bingung, karena tiba-tiba aku memeluk tangan kirinya dan bersandar di tangannya, itu karena dia lebih tinggi dariku.
"Gapapa, lagi pengen aja." jawabku sambil tertawa kecil.
Entah kenapa juga, aku tiba-tiba tidak ingin kehilangan dia. Mungkin itu terjadi karena sejak tadi aku melihat banyak, uhuk, perempuan yang kelihatannya lebih baik dariku. Yang kulihat hari ini saja mungkin baru sekitar enam belas persen mahasiswa, mungkin ada yang lebih baik lagi tapi tidak ada disini..
"Elaine! Kamu harus percaya Samuel!" teriak hatiku yang paling kecil.
Ding
Pintu lift terbuka, kami masuk dan Samuel memencet tombol lantai lima.
---
Setelah Samuel mengumpulkan tugas ke kantor fakultas, kami turun lagi ke lantai satu.
"Eh, kamu ke depan situ dulu ya, aku mau ke WC bentar." Samuel menunjuk kearah luar gedung, kemudian belok dari lift ke WC.
Aku berjalan sendirian dan duduk di tangga kecil depan gedung.
Aku terus melihat kearah WC, dan tak lama kemudian Samuel keluar.
"Sam!"
Aku mendengar suara perempuan memanggil nama Samuel. Samuel langsung menoleh.
Aku melihat kearah suara itu. Terlihat seorang perempuan bertubuh tinggi dan berwajah agak lucu, tapi suaranya berat. Dia berjalan kearah Samuel.
Kulihat, mereka sedang mengobrol. Samuel merespon perempuan itu dengan santai, seperti biasa.
Tapi.. perempuan itu tiba-tiba memegang kedua tangan Samuel dan mengayun-ayunkannya. Samuel mengangguk, kemudian perempuan itu menarik tangan Samuel dan mereka masuk kedalam lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!