New Sign

427 32 28
                                    

Aku sendirian dikamar ini sekarang. Kamar yang terlalu luas kalau ditinggali satu orang.

Walau ci Sofi sudah mulai tinggal di rumahku, tapi dia tidak ingin satu kamar denganku untuk mengurangi kemungkinan hal yang tidak diinginkan.

Ya.. beginilah. Meski tubuh ci Elaine sama sekali tidak berat, tapi melepasnya merupakan hal yang cukup berat. Apalagi dia kuliah di Jakarta, jauh, yang kemungkinan dia pulang hanya saat libur pergantian semester saja.

Dan aku juga telah sampai ke bagian akhir masa remajaku. Masa dimana semuanya akan berakhir dan sekaligus menjadi gerbang menuju tingkat hidup yang baru.

Mulai pagi ini aku berangkat sendirian. Tidak. Mulai sekarang aku berangkat bersama Viny, aku menjemputnya di halte bus dekat rumahnya.

***

Sebenarnya, aku tidak berangkat sekolah hari Jumat untuk memulai awal pelajaran, tapi aku harus ikut saat memberi arahan pada calon peserta didik baru, atau bisa dibilang aku adalah panitia MOPD.

Saat masuk halaman sekolah, aku melihat banyak anak-anak yang masih memakai seragam SMP, dan mayoritas dari mereka berasal dari SMP AD.

"Sekarang kita udah tua ya Vin?" ucapku saat berjalan bersama Viny ke kelas dua belas IPA untuk briefing singkat panitia MOPD.

"Kayanya baru kemarin kita dikumpulin kaya gini." ucap Viny sambil pura-pura sedih.

Entah kenapa sensasinya berbeda saat aku berjalan melewati calon adik kelas.

---

Briefing singkat, aku ditugaskan untuk menjadi sie. dokumentasi selama MOPD ini berlangsung.

Tapi, sebelum aku mengambil kamera di milik sekolah di kantor administrasi, Radit memintaku untuk membuat slide bagan-bagan pengurus OSIS tahun kami menggunakan laptopnya.

Setelah itu, aku langsung mengambil kamera, dan setelah aku mengambil kamera, rupanya semua telah berbaris rapi.

Perkenalan pengurus OSIS yang berjumlah dua puluh lima dimulai dari kiri ke kanan. Mereka berbaris memanjang, kecuali aku yang berkeliling untuk memfoto kegiatan hari ini.

"Yak, kakak OSIS yang dari tadi berjalan mondar-mandir membawa kamera disekeliling kalian, dia adalah kak Aria, ayo sapa dia!"

"Hai kak!" ucap calon adik kelas serentak kearahku yang ada dibelakang barisan calon peserta didik.

Aku langsung tersenyum malu dan melihat kearah Radit karena caranya memperkenalkanku pada calon peserta didik membuatku malu.

Tahun ini, dalam MOPD tidak ada yang namanya 'keras' seperti jamanku dulu. Bahkan sejak tadi saat perkenalan banyak sekali canda tawa, tidak mencekam seperti dulu, dimana tersenyum saja akan dibentak.

Sambil Radit melakukan briefing, aku berjalan tanpa arah sambil melihat hasil fotoku tadi. Hm, lumayan banyak juga foto Medelyne. Aku menghapus beberapa fotonya, lalu berkeliling untuk mengambil foto lagi.

Ada satu anak yang kelihatannya menarik kalau ku foto, aku sengaja mengaktifkan flash kamera untuk memancingnya.

Zap!

"Kak!"

Fransisca yang daritadi duduk langsung menghentak-hentakkan kakinya.

Entah apa motivasiku tadi, tapi sepertinya 'diam-diam' mengambil fotonya agak menyenangkan.

***

"Gimana, udah foto Medelyne berapa kali?" tanya Viny saat aku baru saja menghampirinya.

Aku langsung menampar pundaknya pelan.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang