My

505 34 29
                                    

Kemarin adalah hari terakhir MOPD, dan aku mulai mengikuti pelajaran hari ini, hari kamis.

"Ar, Chell, kalian saya masukan satu kelompok untuk presentasi besok. Untuk materi lebih lanjut, silahkan bergabung pada Shinta dan Stefan." perintah guru sejarah padaku dan Michelle.

Baru saja masuk belum ada satu minggu, tapi tiba-tiba saja ada tugas untuk presentasi besok. Menyebalkan.

Oh, aku baru ingat, aku satu kelas dengan Stefan.

Aku dan Michelle langsung bergabung dengan Shinta dan Stefan yang sudah menggabungkan empat meja menjadi satu.

"Shin~"

"Chell~"

Baru saja Michelle duduk, dia langsung memegang tangan Shinta dan mereka terlihat bahagia.

"Oh, kamu pasti belum kenal dia ya?" Michelle menunjukku dengan jempolnya.

Shinta mengangguk dan tersenyum, kemudian menjulurkan tangannya padaku.

"Shinta."

"Aria." aku membalasnya dengan bersalaman dengannya.

Serasa aneh saat aku bersalaman dengannya, seperti ada aura yang berbeda, dan rasanya tidak terlalu baik bagiku.

"Kenapa kamu pindah kesini Shinta?" tanyaku dengan masih kaku.

"Papa aku kerjanya pindah kesini, sama kaya papanya Michelle. Sekalian deh sekolah disini." jawabnya sambil memperlihatkan senyumnya yang belum menghilang daritadi.

"Kalian jodoh apa gimana?" sahut Stefan.

"Amin, eh." Shinta tertawa kecil, kemudian diikuti tamparan di pundak oleh Michelle yang juga ikut tertawa.

Hm, kelihatannya dia asik juga. Walau baru kenal, tapi mengajaknya bercanda bukanlah hal yang sulit

***

"Vin, gimana, mau pake jas hujan apa nunggu?"

Hujan turun dengan lebatnya sejak sekitar jam dua belas siang tadi, dan sampai sekarang baru ada tanda-tanda berhentinya.

"Nunggu aja deh." jawabnya sambil menggosok kedua telapak tangannya dan meniupnya.

Aku, Viny, Hamidan dan Gracia duduk menunggu di depan kelasku. Dan karena dasarnya Hamidan agak sulit diam, dia pergi ke kantor guru untuk meminjam gitar sekolah.

"Aku ke WC dulu deh." Viny berdiri dan pergi, diikuti Gracia.

Aku duduk membelakangi halaman sekolah yang menuju gerbang, kemudian aku mendengar sedikit celotehan suara yang taka sing bagiku.

"Lewat situ aja apa ya?"

"Situ aja, kena hujan dikit gapapa."

Aku menoleh, rupanya ada Fransisca yang terlihat bingung harus pergi lewat mana untuk mengambil sepedanya, lewat halaman yang lebih dekat dengan parkir sepeda tapi terkena hujan, atau memutar jauh lewat belakang.

"Manja." ejekku sambil menoleh kebelakang, kearah Fransisca.

"Hujan kak.." jawabnya.

"Manja."

"Aku batuk tau.." sahutnya lagi.

"Manja."

"Ih, nyebelin!" dia memakai hoodie jaketnya, kemudian berjalan menembus hujan lewat halaman sekolah.

Brssss

Hujan kembali deras, Fransisca dan temannya kembali ke koridor kelas, depan kelas dua belas IPA.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang