A.N:
Kalau ada lagu, anggep aja backsound ya , jadi bacanya agak dihayati 😂😂
===============================================================
Dia.. apa dia baru saja mencari gelangnya? Dia.. tak rela kehilangan gelang itu?
"Dek, liat tuh di meja apaan, jangan langsung teriak." ucap tante Andela.
Aria menoleh ke meja disebelahnya dan langsung tersenyum lega.
"Vin, pakein dong." pintanya.
Aku mengangguk dan mengambilnya, kemudian aku berjalan ke sisi kanannya dan mengenakan gelangnya.
"Kamu ini bisa aja sih, pake panik segala." ucapku sambil tertawa kecil. Dia hanya tersenyum.
Apa itu tandanya, dia masih peduli denganku?
Viny! Apa yang kau pikirkan!
"Mama sama papa kamu nanti malem dateng kan?" tanya tante Andela.
"Iya tante, sekalian dia cuti beberapa bulan."
Mamaku sosok wanita karir yang super sibuk. Pulang hanya beberapa kali dalam setahun. Dia dipindahtugaskan di Bangkok. Mamaku bilang kalau aku sudah lulus SMA, aku akan dikuliahkan disana, tapi, aku tak ingin.. hh. Aku tak menceritakan hal ini pada Aria.
"Chell, kamu kesini sama siapa? Nanti pulangnya gimana?" tanya Aria pada Michelle.
Michelle mengangkat bahunya dan melirik sedikit kearah Stefan. Aria hanya mengangguk.
Aku berani bertaruh, Aria merasa cemburu.
Krrr
Aku mendengar perut yang lapar.
"Oi, makan dulu yuk." Hamidan mengusap perutnya.
Mereka setuju, tapi aku tetap tinggal, karena aku membawa bekal sendiri, jadi mereka berempat pergi makan di kantin rumah sakit.
Aku membuka kotak makanku di sebelah Aria, dan seketika senyum Aria mengembang. Bekalku adalah nasi dengan telur mata sapi, makanan simple kesukaannya.
"Dek, tadi kata dokter, kamu gak boleh makan telur sama udang, biar luka jahit kamu sembuh." ucap tante Andela.
Aria langsung terlihat murung, tapi aku menyukai ekspresinya.
Aku mengiming-iminginya dengan sesendok makananku dengan mengarahkan sendokku kearahnya lalu kumakan sendiri. Aku sampai tertawa melihat tingkahnya, bahkan mamanya juga.
---
Cklek
Makanan untuk tante Andela dan Aria baru diantar oleh perawat.
Aku yang belum menghabiskan makananku langsung menutup kotak makanku.
"Gak diabisin?" tanya Aria langsung.
"Buat nanti, jaga-jaga kalo laper lagi." ucapku sambil membuka plastik penutup piring makanan untuk Aria.
Hmm, menu makanannya kulihat cukup enak.
"Apa Vin lauknya?"
"Daging, ada sup ayam juga."
"Mau sama daging dulu apa langsung dicampur sup?" lanjutku.
Tak ada jawaban.
Sejak tadi aku repot menyiapkan makanan untuk Aria, dan saat aku melihat kearahnya, dia tersenyum tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!