Hari keempat.
Ini adalah hari terakhirku dirawat di rumah sakit. Ya, aku akan pulang malam ini.
Siang ini sahabatku lengkap ada disini sampai aku pulang nanti malam.
"Besok lu langsung sekolah?" tanya Hamidan padaku.
Aku mengangguk, karena aku rindu dengan seseo.. ah, sekolah.
"Nanggung kalo kamu sekolah, besok udah Jumat, abis itu Sabtu. Mending kamu istirahat aja dirumah, Senin baru masuk." Viny menyarankan padaku.
"Iya mama Viny." jawabku sambil tertawa.
"Iya anak bandel." Viny menyentil dahiku.
"Kapan ya.. eh." ucap Hamidan dan Gracia bersamaan.
Aku dan Viny langsung melirik kearah mereka berdua.
Hamidan hanya tertawa, sedangkan wajah Gracia langsung berwarna merah padam.
Cklek
Ciciku dan ci Sofi datang.
"Loh ci, Sam mana?" tanyaku pada ciciku.
"Lagi ngelatih adik kelas main basket." jawabnya.
Samuel melatih basket?
"Bukan jadi pelatih sih, maksudnya, dia ikut main sambil ngajarin sekalian. Nanti dia kesini kok." lanjutnya.
Ci Sofi langsung duduk disebelah kiriku, berhadapan dengan Viny.
"Cie yang nanti pulang." ucapnya sambil bertopang dagu dan melihat mataku sambil tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan senyumku seadanya.
Ciciku terlihat sibuk sendiri. Dia membuka dan mengacak-acak isi tasnya.
"Nah kan, pantes aku ngerasa ada yang kurang. Aku mau balik ke sekolah lagi, HP aku ketinggalan di laci meja tadi. Sekalian nungguin Samuel." ucapnya sambil meninggalkan kamar, dia tidak membawa tasnya.
Ci Sofi pergi dari sebelahku menuju sofa dan membuka HPnya.
Kami semua mulai mengobrol seperti biasa.
***
Keluargaku lengkap malam ini, bahkan ada tante Shani juga. Viny, Hamidan, Gracia, Samuel dan ci Sofi juga masih disini.
Waktunya pulang.
Papaku dan Hamidan membantuku berdiri.
Jujur saja. Tiduran selama empat hari membuatku lupa caranya berdiri. Baru saja kakiku menginjak lantai, tubuhku langsung sempoyongan dan hampir jatuh.
Mamaku masih mudah untuk berdiri karena dia sering berjalan bolak-balik dari kamar mandi meski harus dibantu juga, tapi tidak sesulit diriku.
Apalagi tangan kananku yang harus digantung menggunakan kain, langkahku seakan membuatnya bergerak dan itu agak sakit.
Kini papaku membantu mamaku, sedangkan yang membantuku berjalan adalah Samuel dan ciciku. Entah apa motivasinya. Latihan mengajari jalan untuk anak mereka kelak?
Setelah semua barang-barang beres, kami semua meninggalkan kamar.
Baru saja keluar dari kamar, HP ci Sofi langsung berdering.
"Halo?"
Awalnya aku tak menghiraukannya, tapi tiba-tiba ciciku dan Samuel menyuruh Viny dan Hamidan untuk menggantikan mereka membantuku berjalan. Ciciku dan Samuel langsung berlari kearah ci Sofi yang berjalan paling belakang.
Aku penasaran dan langsung menoleh. Ci Sofi meneteskan air mata!
Segera, dia mematikan HPnya dan berlari mendahului kami, disusul oleh ciciku dan Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!