Ya.. menyenangkan juga, seneng-seneng diluar kota bareng keluarga sama temen-temen dengan waktu yang lama, apalagi ngelakuin banyak hal dari yang main-main sampai perayaan natal bersama. Tapi tetap saja, semua kesenangan itu harus berakhir, dimana semester dua sudah menunggu dengan pemadatan, Try Out, Ujian Sekolah, dan akhirnya Ujian Nasional.
"Bangun! Katanya harus bangun pagi?!" teriak ci Sofi pagi ini di kamarku.
Aku langsung membuka mata dan melihat jam dinding. Sial, jam lima, padahal jam enam aku harus sudah ada di sekolah.
Bukan karena tambahan pelajaran, tapi karena kami para pengurus OSIS periode sebelumnya ditunjuk untuk menjadi petugas upacara. Entah kenapa bukan para pengurus OSIS periode sekarang. Untung ci Sofi disiplin soal waktu, jadi aku tidak terlalu khawatir kalau alarm tak bisa membangunkanku. Dan untungnya lagi, hari ini aku tidak perlu menjemput Viny karena dia hari ini akan diantar dan dijemput oleh mamanya yang sudah kembali ke Indonesia.
Dan juga, entah kenapa aku ingin membawa boneka anjing yang kudapatkan di crane beberapa waktu lalu.
***
Sebenarnya tugasku tak terlalu penting, tim paduan suara, tapi bagaimana lagi, tanggung jawab tetaplah tanggung jawab, dan mungkin ini adalah kali terakhirku menjadi petugas upacara di SMA.
Tim paduan suara dipimpin oleh Ve. Viny menjadi pemimpin barisan kelas sepuluh dan Gracia pemimpin barisan kelas dua belas. Michelle pembawa map Pancasila, sedangkan Sisca membaca pembukaan UUD. Ya, inilah formasi awal saat kami menjadi pengurus OSIS ketika menjadi petugas upacara, terasa nostalgic.
---
Upacara akhirnya selesai dengan baik tanpa kurang suatu apapun yang berdampak buruk, tapi tetap saja ada evaluasi.
Setelah evaluasi, niat isengku muncul saat aku berada di belakang Sisca. Entah kenapa tiap aku di dekatnya, aku selalu ingin mengerjainya, jadi aku langsung mencabut topi dari kepalanya.
"Kak!" Sisca menghentakkan kakiknya, kemudian aku lari, pergi ke kelasku sambil tertawa kecil. Aku berniat mengembalikannya nanti.
Tapi, sudah agak lama aku menunggu di kelas dan guru tak kunjung datang. Dan kelihatannya bukan kelasku saja, tapi kelas IPS dua juga. Kulihat Michelle sedang bersenang-senang dengan Shinta, jadi aku pergi menghampiri Viny dan Hamidan saja.
"Tumben?" tanya Viny saat aku mendatangi bangkunya.
"Lagi kosong, yaudah mampir."
"Maksudnya, tumben kesini waktu jam kosong?" Viny mengeluarkan senyum aneh.
Entah apa maksudnya, aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Kabar dedek kamu gimana?" tanyanya tiba-tiba.
"Siapa?"
"Itu, Sisca, siapa lagi? Sinka?" dia tertawa kecil.
"Apa-apaan kok tiba-tiba nyebut Sisca?" wajahku mulai.. panas?
"Nah kan, mukanya mulai merah. Lagian, siapa yang abis misa langsung ngechat Sisca buat ngucapin selamat Natal sampe buru-buru selain kamu?" dia tertawa lagi.
Aku menggelengkan kepalaku sambil menutup wajahku dengan telapak tangan kananku.
Bener juga sih, kenapa ya dulu aku semangat banget buat ngucapin selamat Natal ke Sisca? Bahkan aku baru ngucapin ke Michelle lewat chat waktu aku diingetin Viny.
"Nah kan, mulai gak sehat, kaya Hamidan." ucapnya sambil melihat kearah Hamidan yang menidurkan kepalanya diatas meja sambil memeluk tasnya.
"Ngapain dia? Ngantuk?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!