"Siapa suruh ketawa!" bentak salah satu senior.
Seluruh murid baru langsung terdiam.
***
Ini adalah hari pertamaku di SMA. Hari yang paling disegani banyak siswa baru, MOPD, dimana para senior akan 'mendidik' para calon murid dengan cara mereka sendiri.
"Sekian! Harap diingat untuk hari senin! Kalau lupa, bakal dapet hukuman! Yang cowok terutama!" ucap salah satu senior.
"Adik-adik jangan lupa juga ya, besok datang psikotes. Kelompok juga akan diumumin besok, terima kasih." ucap salah satu senior perempuan dengan lembut.
Untuk kelompok, belum ada pembagian, tapi dari yang kudengar, bukan para senior yang menentukan, tapi guru.
Aku berkumpul dengan Viny, Gracia, dan Hamidan.
"Aku kok takut ya.." ucap Gracia lirih.
"Ati-ati lu Dan.." ucapku.
"Gue kenapa emang?" tanya Hamidan.
"Gue gak yakin lu bisa selamat besok senin.." jawabku.
Hamidan adalah orang paling pemalas yang pernah kukenal, aku sangat yakin kalau dia tidak akan selamat besok Senin.
"Vin." panggilku.
"Ya?"
"....gak jadi deh.."
***
"Ci, MOPD kok kejam ya?" tanyaku pada ciciku.
"Masa sih? Dulu cici dihalusin kok, tapi yang lain enggak, hehe.."
Gimana mau dikasarin, ciciku orangnya lucu gini mana tega yang mau ngasarin.
"MOPD ada baiknya kok, kamu bisa nemu temen-temen baru di masa itu. Tapi, cici gak dapet temen, soalnya, waktu MOPD dulu, orang seangkatan cici sombong-sombong, cici gak suka."
Mungkin ini alasan ciciku kembali kesini. Di luar kota sana memang terkenal dengan penduduknya yang elite, jadi tidak mengejutkan kalau banyak anak yang sombong.
"Tapi jeleknya ya, bakal numbuhin sikap pendendam sama berani membangkang perintah. Entah sampe kapan gini terus." lanjutnya
Aku setuju dengan ciciku. Bukannya aku takut dengan kegalakan para senior, tapi hal seperti itu bisa merubah mental seseorang, bahkan memperburuk.
"Kamu disuruh bawa atau bikin apa aja emang? Biar cici bantu."
Aku bilang padanya kalau aku disuruh membuat tas dari karung beras dan mahkota dari daun, sedangkan yang lain diumumin besok.
Ciciku mencari karung beras di dapur, sedangkan aku memetik daun dari pohon di depan rumah.
Setelah semua terkumpul, kami membuatnya bersama-sama halaman belakang. Aku membuat mahkota daun, sedangkan ciciku membuat tas dari karung beras.
---
"Akhirnya selesai juga.." ucap ciciku.
Aku melihat jam. Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Lalu apa?
"Cici enak ya, senin baru masuk.." ucapku.
"Cici malah gak sabar pengen tau kaya apa temen-temen baru cici.." jawabnya.
Mamaku datang sambil membawa minuman.
"Yang MOPD siapa, yang sibuk siapa, hihi.." goda mamaku.
"Gapapa kali ma, apapun demi adik kesayangan." ucap ciciku sambil memelukku gemas.
"Kalian udah SMA aja, cepet banget.." ucap mamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sign
FanfictionBiasanya, kisah cinta di kehidupan remaja itu berbentuk segitiga. Tapi bagaimana jika memiliki banyak segi? Harus ada yang dikorbankan, atau mungkin berkorban? Apalagi Friendzone. Friendzone? Sepertinya itu hal biasa, apalagi di SMA!