New Start of (her) New Journey

451 31 19
                                    

Aku mendapat tugas dari orang tuaku, yaitu membeli cake untuk ulang tahun ci Elaine yang ke delapan belas yang akan terjadi tiga hari lagi. Tentu saja aku yang harus membeli karena ini rencanaku.

Rencananya, ulang tahunnya akan dirayakan tahun ini, karena tahun lalu orang tua kami sibuk dengan urusan mereka dan harus menunda pesta Sweet Seventeenth ci Elaine, dan baru akan dilaksanakan di ulang tahunnya yang ke delapan belas nanti, dan tentu saja ci Elaine tak tau tentang ini.

Kebetulan juga ulang tahunnya hari sabtu, disaat minimarket tutup.

Akan ada surprise party untuknya, meski hanya pesta kecil-kecilan yang akan dihadiri oleh beberapa teman dan kerabat di halaman rumah belakang.

Tentu ini akan sangat mudah, tinggal membeli cake bertema bebek, sudah pasti dia sangat senang.

Pertama, aku pergi ke toko roti bersama Hamidan saja, karena Viny dan Gracia membantu di minimarket.

"Bagus-bagus.." komentar Hamidan sambil melihat-lihat cake yang terpajang di display.

"Kenapa Dan? Mau beli? Buat siapa?" tanyaku langsung.

"Ah nggak deh. Minggu depan Michelle ulang tahun sih, tapi males lah."

Aku tak mampu berkomentar untuk itu.

Lagipula, benar juga, minggu depan ulang tahun Michelle, tapi.. sudahlah.

Karena cake yang kucari tidak ada di display, maka aku memesannya secara khusus dengan mengatakan detail desainnya, lalu aku membayar uang muka lebih dahulu.

***

Keesokan harinya, aku membagikan surat undangan rahasia pada orang-orang terdekat ciciku dan juga teman-temanku yang kurasa mengenal ci Elaine di sekolah.

Sorenya, giliranku dan Samuel, mencari hadiah untuk ci Elaine. Kami pergi menuju mall untuk mencari sesuatu yang bisa diberikan pada ci Elaine.

"Apa ya enaknya, jaket, kaos apa sepatu?" tanya Samuel.

"Yang pasti jangan perhiasan, dia gak suka." tambahku.

"Yagila Ar, mana ada uang buat beli perhiasan." balasnya.

Lalu, kami melewati bagian khusus dress. Mataku langsung tertuju pada sebuah dress berwarna kuning. Aku langsung mendatangi dress itu.

Lupakan, terlalu banyak angka nol.

Memang ini terdengar konyol, tapi Samuel memanggilku dari bagian pakaian anak-anak.

Dia menunjukan sebuah dress dengan paduan warna merah muda dan putih. Ukurannya XL untuk anak-anak, tapi kalau kulihat-lihat, kelihatannya ciciku itu cukup kalau memakai itu.

Kami mengambilnya, kemudian kami membayarnya patungan.

"Udah Ar, bawa dulu. Gue masih mau disini nyari yang lain."

Aku mengangguk kemudian meninggalkannya sambil membawa dress tadi.

***

Satu hari sebelum hari ulang tahun, hari ini giliranku menemani ci Sofi mencari hadiah.

Aku memberitahu apa yang kubeli bersama Samuel kemarin, supaya ci Sofi tidak membeli hal yang sama.

Ci Sofi memintaku untuk mengantarnya ke studio foto.

"Aku mau cetak foto kita berdua selama ini. Aku mau bikin album foto buat dia." ucapnya sambil menunggu hasil cetakan foto.

Memang terdengar sederhana, tapi sebagai seorang sahabat yang sekarang menjadi saudari, itu terasa lebih mewah dari dress yang kubeli bersama Samuel kemarin.

Second SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang