7

4.5K 108 5
                                    

Brian

"Brothers latihan kapan lagi?" Tanya Leo yang berjalan beriringan denganku disaat pulang sekolah.

Brothers merupakan band yang aku ciptakan. Bersama kakakku, Ray.

Awalnya Brothers merupakan band kecil-kecilan yang hanya meng-upload cover lagu-lagu yang sedang hits saja di youtube.

21 Guns, Lucky, I'm Yours, Stitches, Bang Bang, dan masih banyak lagi cover-an kita.

Brothers awalnya beranggota-kan lima orang. Aku, Aldi, Ray, Mike, dan Gery.

Namun Ray harus disibukkan dengan segala macam tugas kuliah yang membuat menjadi jarang latihan, dan sering tidak ikut meng-cover lagu lagi.

Sama dengan Mike, Mike adalah teman Ray dan mau tidak mau dia juga disibukkan dengan tugas-tugas kuliah nya.

Akhirnya, Ray dan Mike memutuskan untuk keluar dari band. Tetapi mereka berjanji masih dapat membantu Brothers apabila butuh bantuan.

Dan ya, nama Brothers melesat di kalangan anak-anak kuliah berkat Ray dan Mike yang memperkenalkan kami.

Sekarang Brothers sering diminta untuk menjadi closing atau opening event-event kuliah, atau cup sekolah. Yaa memang Brothers belum sempat menciptakan lagu, tapi itu ga jadi masalah.

"Ga tau gua, kayaknya nanti sore. Kenapa?"

"Ikut dong gua. Bosen dirumah, lagi ditinggal pergi sebulan sama bokap, seminggu sama nyokap. Dinas mereka berdua."

"Kemana? Biasanya lu ngadain party di rumah lu."

"Et kan gua bilang, bosen, bro. Yak? Gua ikut yak? Liatin doang. Sama numpang makan di studio lu. Hehehe." Ujar Leo sambil membetulkan keras seragamnya dan terkekeh.

Studio Brothers berada di rumah ku. Tepatnya di garasi rumahku. Daripada nyewa gedung atau rumah, bikin aja di garasi. Hemat.

"Yaudah, jangan rusuh lu ya." Aku menendang kaleng coca cola yang ada di depanku.

"Yan, lo kenapa enggak mau maju?"

Maju? Ngapain maju?

Aku melihat ke arah Leo dengan pandangan bingung.

Leo menaikkan salah satu alisnya, ingin aku mengerti maksud kode yang ia sampaikan.

Aku mengerutkan keningku.

"Bro, cewek bro cewek."

Oh, dia.

Aku tersenyum simpul mendengar maksud Leo.

"Enggak. Enggak apa-apa, Yo."

"Gua gamau kejadian yang dulu keulang lagi."

"Iya, gua tau. Shella sekarang juga udah pindah ini. Enggak usah diingetin dong." Ujarku kesal.

Ya, Shella adalah mantan gebetan ku. Waktu itu aku juga tidak ada nyali untuk mendekati Shella. Malu, gaada keberanian dalam diriku, sama sekali. Akhirnya setelah 1 tahun aku menyimpan rasa untuk Shella. Dia pindah ke luar kota, ke Malang tepatnya.

Sakit, sedih, ah campur aduk semuanya. Terutama rasa penyesalan ku tidak pernah mendekati, menyatakan perasaan ku kepada Shella.

Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi, antara aku dan,

Vio.

***

"Bantal dong bantal gua pengen tidur, Yan." Sampai dirumah, Leo langsung menjatuhkan dirinya di kasur ku. Bagi dia rumahku adalah rumah kedua nya.

"Yo, lo ga mau makan dulu? Ba...."

Belum sempat aku menyelesaikan tawaranku terdengar dengkuran. Ngorok bahasa yang pas buat Leo mah.

Yeh bocah malah tidur. Mending gua siapin alat-alat buat ngeband.

Aku melempar bantal ke arah Leo dan berjalan menuju garasi mempersiapkan untuk latihan.

Sabtu ini Brothers di undang ke suatu event di Universitas Indonesia. Brothers menjadi closing acaranya. Tiket juga sudah hampir semua nya terjual. Tinggal empat tiket.

Vio. Jualin ke Vio? Aduh malu banget gua ngeline dia. Tiba-tiba gitu? Ga.

Aku termenung sambil memegangi sisa tiket yang ada.

Tawarin ke Anna, bodoh. Anna kan sahabatnya.

Aku segera mengambil hp ku dan menawari Anna untuk menontonku. Pasti dia ngajak Vio kan. Dan aku pasti bisa ngeliat Vio.

"Yah bego lo malah ngeline temennya. Dia nya dong gimana sih lu!"

Aku hampir melempar hp ku ketika ku sadari dari tadi Leo sudah berdiri di belakang ku.

"Lu ngapain bangun sih. Tidur sono tidur! Kampret."

Sumpah. Kaget.

"Ya ampun, Brian lu kenapa sih? Sumpah lo aneh."

"Lo bukan gua, makanya engga bisa ngerasain."

"Ya sekarang gini dah, mau sampe kapan lo selalu kayak gini sama cewe yang lo suka?"

"Ga tau."

Aku mengabaikan Leo dengan memainkan gitar ku.

"Seenggaknya dia bakal nonton gua nge-band nanti."

Aku menaikkan bahuku tidak peduli dengan wajah Leo yang mengkerut.

"Serah lo ya. Sampe lo nyesel lagi, i'm out." Ujar Leo dan fokus ke game yang ada di hp nya.

Aku memandangi dinding ruang studio ku yang telah dipenuhi dengan berbagai macam poster dan foto band-band lain.

Benar juga apa yang dikatakan Leo. Mau sampai kapan aku seperti ini.

Ting tung

Aku membuka pintu dan terlihat senyum behel khas Aldi. Dan dibelakang nya terlihat juga cowo dengan kaus hitam nya, Tomi.

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang