Author
Anna menatap keluar jendela, dia benar benar tidak ingin berbicara kepada siapa pun. Banyak hal yang ia pikirkan. Brian, Vio, Deva. Dari hari kemarin selama bus berjalan Anna hanya mengucapkan beberapa kalimat dengan nada yang yaa, bisa dibilang nada cuek, jutek, ga peduli.
Deva.
Gue kangen banget sama lo.
Banyak sekali hal yang dia pikirkan, dan sekarang ditambah penyakitnya. Kanker lambung stadium akhir. Hal yang paling menakutkan adalah ketika kamu bangun di pagi hari dan mendapati bahwa dirimu harus menjalani kemoterapi hingga botak karena kanker. Anna hanya ingin menghabiskan sisa waktu hidupnya dengan senyum, tawa, bukan dengan kesedihan karena banyak hal, karena Deva, dan...Brian tentunya.
"Heii?" Vio menepuk pundak Anna pelan. Anna menoleh dan membuat wajah 'apa?'.
"Lo kenapa, An? Cerita sama gue."
Gue bilang yang mana duluan ke Vio? 'Vi, gue kena kanker lambung stadium akhir', 'Vi gue suka Brian, gue tau Brian ngedeketin lo semuanya udah keliatan', 'Vi gue kangen banget sama Deva. Kenapa dia ngilang? Gue kangen banget'.
Anna hanya menatap wajah Vio dengan pandangan kosong. Pikirannya kemana-mana, dia ingin menceritakan semuanya, meluapkan semuanya, tapi enggak bisa. Kenyataannya ga ada kata kata yang keluar dari mulutnya.
"Lo kenapa malah bengong?"
Anna menundukkan kepala nya.
"Gue...gue kangen Deva."
"Deva? Ooh cowok itu ya? Lo baru beberapa hari kenal kan sama dia?"
"Yaa iya juga sih. Gue ngerasa kita connected gitu. Apalagi dia anaknya temennya nyokap gue. Sahabat nyokap gue malah."
"Ooh jadi lo ngerasa udah kenal deket gara-gara dia anaknya sahabatnya nyokap lo. Kenapa ga lo coba hubungin?"
"Udah waktu itu, gue line. Ga dibales."
"Yaudah Aan, kita mau ke Bali woii ini, Bali is a place for relax, vacation baby," Vio mengguncangkan badan Anna. Anna melempar senyum terlebarnya dan tertawa."Okay, iyaa, ini Bali."
Its easy for you to say, Vioo. Karena lo bukan cewek yang punya penyakit kanker lambung stadium akhir.
Bus berjalan lebih cepat daripada hari kemarin. Anna hanya ingin semua trip ini berjalan cepat dan baik tanpa ada suatu hal buruk terjadi. Dan sepulang dari sini dia akan berakhir di rumah sakit dengan kepala botak. Mungkin dia akan mengatakan semuanya kepada Vio nanti? Atau...ah susah rasanya mengatakan semuanya. Semua hal buruk terjadi begitu saja dengan cepat di dalam hidup Anna.
"Gue ga mau ngeliat sahabat gue sendiri sedih. Lo ga boleh sedih karena satu cowok kayak gitu, An. Cowok itu banyak di bumi oke? Dan yang harus lo tau, kalo jodoh itu ga bakal kemana, kalo emang lo ditakdirin sama Deva kalian bakal ketemu lagi mau lo pergi sejauh apa pun. Kalo enggak jodoh, Deva sama lo ga bakal bisa bareng, siapa tau lo malah bareng nya sama Leo atau....hm..Bri..Brian."
Anna memperhatikan perubahan di wajah Vio ketika menyebut nama dia. "Brian". Vio menyembunyikan wajahnya yang sedih, dan merasa bersalah. Dia berpura-pura batuk-batuk agar Anna tidak begitu penasaran ada apa dengannya ketika menyebut 'Brian'.
"Darimana gue tau kalo gue jodoh sama dia? Darimana gue tau kalo gue ga jodoh sama dia?"
"Kalo lo ketemu lagi sama dia dengan perasaan yang masih sama dan gue juga yakin lo pasti ngerasa nyaman banget di deket dia. Masih ngerasa nyaman kalo di deket dia tanpa harus nyoba ngerasa. Ngerasa gamau kehilangan, dan kalo lo ketemu dia, lo kayak udah nemu sesuatu yang hilang itu."
"Ehh eh tunggu tunggu deh..." Anna mengerutkan dahinya merasa aneh.
"Ngapa lu?"
"Emang gue bilang gue suka sama dia? Gue cuma bilang kalo gue kangen. Kayak misalkan gue kangen sama Leo soalnya dia di bus lain. Gitu.."
"Ooh jadi lo kangen Deva TEMEN doang? TEMEN? Literally just as a friend?" Vio menaik-naikkan alisnya sambil tersenyum-senyum.
"Iih iyaa temen doang. Ga lebih, gamau lebih...gamaau. Dia tuh nyebelin Viii."
"Nyebelin nyebelin tapi lo demen kan.." Vio mengambil hpnya dan mencuekkan Anna.
Anna menatap ke arah jendela. Hari itu sudah mulai sore, matahari mulai tenggelam memperlihatkan warnanya yang mulai oranye. Tepat pada saat itu, bus yang ditumpangi Brian dan Leo melintas. Mata Brian dan Anna bertemu, Anna berusaha menghindari nya namun matanya seperti sudah terkunci di dalam mata Brian. Brian melambaikan tangannya dan tersenyum. Anna merasakan pipi nya memerah. Dia selalu seperti ini, memerah pipi nya jika cowok itu melakukan sesuatu pada nya.
Saat itu juga, Vio melirik ke arah jendela. Vio melihat ke arah Brian. Brian mengalihkan pandangannya dari Anna ke arah Vio, Brian ingin melambaikan tangannya juga untuk Vio. Namun Vio memilih kembali menunduk dan mengabaikan Brian. Brian menjadi bingung. Anna melihat ke arah Vio yang sibuk dengan hp dan earphone nya. Anna memilih untuk tidak peduli dengan Vio atau pun Brian.
Brian masih menatap ke arah jendela bus anak-anak mia itu. Tentu saja bus anak mia dan iis di pisah. Terdapat 4 bus untuk anak mia dan 5 bus untuk anak iis. Anak ips lebih banyak daripada anak ipa, biasanya justru anak ipa nya yang lebih banyak kalau di sekolah-sekolah lain. Brian menghela napas nya.
Pokoknya gua harus ngomong tentang perasaan gua ke Vio gimana nanti di hotel. Di bali.
Brian memutar kepala nya dan mendapati Leo yang sedang memangku dagu dengan telapak tangannya dan tersenyum seperti orang mabok.
"Anjeng lo ngapain sih senyum-senyum gitu yo!"
"Cie dicuekin. Cie nge say hi nya ke yamg ono tapi malah dibalas ama yang ono. Gapapa si yang bales sama sama cakep daripada yang bales jeng kelin."
"Gua juga nge say hi ke Anna kali bukan doi doang. Anna duluan malah." Brian mengerucutkan bibirnya dan meminum coca cola nya.
"Ooh gitu yaa. Ooh ho oh gitu ya gitu."
"Nanti di Bali gua mau nyatain perasaan gua ke dia.""Bro! Gitu dong bro! Berani coy, lu ga bakal dapetin apa yang lu mau kalo lu sendiri ga berani nyoba."
"Gua takut di tolak.." Brian setengah berbisik.
"Cowok macem apa lu? Sedih gua punya temen kayak lu yan."
"Gua lebih sedih punya temen blangsak idiot kayak lu."
Leo memakan kentang goreng yang dia beli tadi sebelum berangkat. Brian mencomot kentang goreng yang sudah setengah jalan menuju mulut Leo.
"Kampret."
***
"Ayo semua nya pelan-pelan naik ke kapal nya ya." Bu Fara mengatur murid-murid seperti anak-anak tk yang sedang karyawisata. Menjejerkannya mereka menjadi suatu barisan rapi agar tidak ada yang kabur dan menghilang. Bu Fara memghitung setiap anak yang menaikki kapal feri sambil memegangi kepala mereka seperti anak ayam.
"Bu Fara lebih cocok jadi anak tk." Gumam Anna.
"Iya lah, kepala gue dipegangi sambil dia ngitung 'satu, dua, tiga..' " Vio mengusap-usap kepala nya kesal.
"Yah elah kapalnya misah." Brian menggerutu pelan sambil memperhatikan cewek yang sedang mengikat rambut panjangnya itu menjadi ekor kuda.
Anna duduk diatas lantai kapal dan memainkan kakinya, menatap bayangan dirinya di laut. Vio mengikuti Anna. Dia melepas sepatunya dan memainkan kakinya juga.
Gue tau kita sahabatan Vi. Gue suka sama Brian Vi tapi, gue juga kangen sama Deva. Sebenernya gue gatau kangen sama Deva sebagai apa. Gue bingung sama hidup gue Vi. Gue pengen cerita sama lo tapi gue gabisa.
"Lo udah terlalu kebanyakan bengong An, sumpah."
"Eh...iya apa? Engga itu pemandangannya cakep."
"Cakepan juga gua. Ayuk selfie."

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Novela JuvenilBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...