Vio
Akhirnya kami semua sampai di hotel dimana kami menginap. Setelah beberapa jam perjalanan di kapal ferry, aku dan Anna membawa barang-barang kami ke dalam kamar 401. Perempuan berada di lantai empat laki-laki berada di lantai 3. Dipisahkan karena tahun lalu ada kejadian paling menjijikan, cowok dan cewek bermain di kamar si cewek. If you know what i mean by 'bermain-main' di kamar. Dan akhirnya cowok dan cewek itu di drop out.
"Eh anjir lo inget ga sih, tahun lalu kakak kelas kita gimana disini?"
"Eh sumpah sumpah gue inget gue inget,"
"Weees si Farel kan brother gua tuh bikin anak dia sama Gaby ya ga hahahahah..."
"Hahaha iya cooy mantep abis.."
Suara cewek-cewek yang sibuk bergosip tentang kejadian tahun lalu, diiringi dengan celutukkan dan tawa cowok-cowok blangsak.
Sampai di kamar, Anna merebahkan dirinya diatas kasur berlapis seprai putih. Aku berjalan menuju balkon kecil dan melihat ke luar nya. Kolam renang dan Pantai Kuta terlihat dari sebelah sini. Ya walaupun tidak begitu terlihat jelas. Sepanjang hari ini full untuk free time. Kita boleh melakukan apa saja yang kita inginkan. Acara jalan ke tempat-tempat wisata di Bali besok, juga acara pentingnya, diadakan di roof top hotel.
Aku mengeluarkan dress maroon untuk acara besok malam, menggantungkannya ke dalam lemari.
"Good lo milih yang maroon bukan yang putih."
"Emang kenapa yang putih?"
"Lo gendut kalo pake yang putih." Anna menahan tawa nya.
"Kurang ajar." Aku melempar bantal ke arah wajah Anna.
"Gue bawa make-up," Anna mengeluarkan catokan rambut, roll, tas makeup, kemudian dia membuka tasnya, berisi foundation, dua bedak, satu lip tint etude house yang warna nya aku rasa plum red, satu lipstik matte, satu lipstik just miss nomor J-39 yang warna nya adalah maroon, satu healthy water 'with extra green tea', dua sisir, satu kecil dan yang satu lagi besar, penjepit bulu mata, maskara maybeline, ohya dan satu babylip warna merah.
"Wow lo orang terniat." Aku hanya membawa satu lipstik, bedak, dan maskara.
"This is our night, Vio. Gue mau kita cantik kayak di acara awards gitu, oke?" Anna dari dulu memang suka make-up kalau ada acara acara penting kayak gini. Kayak besok contohnya.
"Eh jalan-jalan yuk liat-liat apa kek paling nanti ada yang mau dibeli. Kalung hati yang isinya pasir terus ada kerangnya,"
"Anjir gua punya banyak di rumah woi!"
Kami berdua tertawa teringat dengan kalung berbandul hati dengan pasir di dalamnya dengan banyak kerang. Dulu waktu kecil, kalung itu udah iconic banget. Pasti setiap ke Bali beli kalung kayak gitu, ada yang biru, putih, pink.
"Lo mau ke Kuta?"
"Terserah. Lo mau belanja atau ke Kuta?"
Anna melipat tangannya tampak berpikir. Aku menunggu dia menjawab sambil memainkan hp ku.
Bzzz.
Brian: Vio lagi sibuk ga?
Mampus. Aku harus jawab apa? Refleks aku berdiri cepat dari tempat tidurku dan berjalan cepat menuju meja rias, duduk diatas kursinya.
"Buset lu kenapa?" Anna mengerutkan dahinya dan melihatku aneh.
"Eh...engg..enggak. Gue gapapa ahahha. Ini gua kaget tadi ada video kucing melotot gede banget matanya."
Aduh aku bales Brian apa? Aku gamau berhubungan lagi sama Brian. Aku gamau makin dekat lagi dengan Brian. Aku ga akan egois. Anna sahabatku, aku ga bisa suka sama Brian.
Vio: Ini gue sama Anna mau ke Kuta kayaknya.
"Eh coba kita juga jadi ya ke Jogja nya." Anna bergumam dibalik pintu lemari.
"Eheheh iya coba jadi." Aku tertawa aneh, Anna menyadari itu.
"Lo kenapa sih? Ahahaha," Anna malah balas tertawa. "Udah yuk, Vi. Gue mau ke Kuta ajaa." Aku melihat kepala Anna menyembul dari balik pintu lemari, dia sudah berganti baju menjadi celana kain pendek selutut dan t-shirt biru polos.
"Eeh tungguin gue belom ganti.." Aku mengambil 'kostum pantai' ku. Namun langkah ku terhenti ketika aku melihat banyak obat yang ada di koper Anna.
"Ann? Lo sakit?"
Anna yang sedang bercermin menoleh ke arah ku.
"Ooh itu obat maag. Kemaren maag gue kambuh."
Aku menganggukkan kepalaku mengerti kemudian berjalan bersama nya menuju Kuta.
Saat aku dan Anna berada di lobby, cowok dengan rambutnya yang agak berantakan, mengenakan jaket kulit hitam dan celana jeans hitam, juga t-shirt putih polos. Cowok itu yang tadinya melangkah cepat namun terhenti ketika aku dan Anna melintas di depannya. Aku bertemu dengan matanya, namun sepertinya dia melihat ke arah Anna. Anna hanya sibuk menggosip dengan Karen dan Salsa yang ikut dengan kami ke Kuta.
Well, let's see. Anna punya rambut yang panjang dan bergelombang dengan sempurna, badan yang sebenarnya agak gendut tapi tertutupi dengan tinggi badannya. Kulitnya yang putih cocok mengenakan semua warna pakaian. Bibirnya yang pink menambah kecantikkan Anna.
Jadi aku menyimpulkan bahwa cowok tadi terpesona dengan cantiknya Anna, dan dia mungkin bakal mendekati Anna selama kami di Bali..Mungkin? Tapi sepertinya Anna mempunyai rasa untuk Deva. Jadi ga mungkin Anna pasti nerima cowok itu haha. Muka Deva gimana ya? Aku belum pernah melihat foto Deva sih sebenarnya. Tapi tunggu, Anna menyukai Brian. Ohya Brian. Ah aku jadi bingung sendiri. Tanpa sadar, wajah ku sudah mengkerut dan tangan ku sudah menggaruk-garuk kepala ku yang tidak gatal.
"Eh lu kutuan?" Salsa menepuk pundakku.
"Kampret, enggak gua ga kutuan lah. Gila ya lu," Aku menggerutu mendengar pertanyaan Salsa.
Garuk kepala dikit doang dibilang kutuan. Kenceng lagi ngomongnya. Untung orang bule semua. Gatau kata kutu kan mereka. Batinku kesal.
Aku dan yang lain sampai di Kuta. Dan Brian juga ada disana bersama Leo dan beberapa anak cowok lainnya. Brian tersenyum ke arah ku, aku membalasnya. Aku enggak bisa membohongi perasaan aku sendiri lagi. Aku mempunyai rasa untuk Brian, dan aku enggak bisa ngebohongi itu, bilang ke diri sendiri kalau aku ga suka sama dia?
Kini Brian berjalan mendekatiku. Aku dapat merasakan jantung ku berdegup kencang. Aku tidak dapat berpikir jernih, memikirkan bagaimana perasaan Anna. Yang aku tahu aku senang Brian masih berusaha mendekati ku bagaimana pun aku menjauhinya.
"Haii." Aku menyapa nya dan tersenyum awkward.
"Awkward ya? Haha, gue juga ngerasa gitu kok. Udah lama kita ga ngobrol." Brian tersenyum ke arah ku. Oh God why you have to be so darn cute.
"Ehmm..iya yaa hahaha."
"Mau es krim ga? Ada yang jualan tuh. Sans gua beliin." Brian menarik tangan ku ke arah bapak-bapak tua. Aku tidak melihat Anna dimana pun, juga Salsa dan Karen. Mungkin mereka sedang di tempat lain. Aku benar-benar tidak peduli dengan apapun. Yang aku tahu, sekarang Brian sedang menarik tanganku pelan, memegang tangan ku. He hold my hand.
-------------------------------------------------------------
Maafin gue yaa kalo buku nya ga bagus atau gimana sumpah gue emang ga jago banget ngarang ini karena gue bosen banget liburan dan gaada kerja alias gabut parah. But if you guys like it you can follow me, read and maybe vote 'M I N E' 😆😆!!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Teen FictionBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...