Anna
"Anna, bangun." Deva mengguncangkan tubuhku. Aku membuka mataku perlahan.
"Kita udah sampe?"
"Udah. Lo basah banget sumpah." Deva mengambil kembali jaketnya yang menjadi agak basah.
"Aduh, sorry ya, jaket lo jadi basah, Dev."
"Ah elo! Gimana sih, tau gitu engga gue kasih nih jaket, elah!" Deva menjadi sangat marah, matanya yang besar menjadi tambah seram ketika dia melotot.
Aku merasa badanku menciut seketika, rasanya aku ingin nangis saat itu juga.
"Yeaahahahahaha, ga deng Anna, Deva enggak marah sama Anna." Deva tertawa terbahak-bahak melihat wajahku yang seperti bocah lagi.
Refleks, aku memukul lengan Deva kesal. Deva masih tertawa ngakak.
Mama datang dari dalam rumah menghampiri mobil Deva.
"Eh, Anna. Ini siapa?" Mama menunjuk Deva.
"Itu De....."
"Saya Deva tante, yang tadi ngeline tante hehe. Saya yang tadi barusan ketemuan sama Anna, nih." Deva memotong kata-kata ku dan menunjuk-nunjuk aku.
"Hehe, iya ma." Aku hanya bisa nyengir melihat wajah Mama yang tersenyum.
"Eh ayuk Deva, mampir dulu, mampir."
Aku memelototi Mama. Aduh kenapa disuruh mampir sih.
Deva yang melihat aku yang seperti tidak mengizinkan dia untuk mampir, tersenyum jail.
"Oh boleh, tan, boleh."
Mama kembali masuk ke dalam rumah, membukakan pagar rumah agar Deva dapat parkir di dalam saja.
Aku segera turun dan berjalan cepat memasuki rumah. Aku menaiki tangga menuju kamar ku.
Aku berganti baju dengan sweatpants dan jaket biru. Dingin sekali cuacanya.
"Anna! Turun dong kebawah sini."Mama memanggilku untuk mengobrol dengan Deva pasti.
"Aduh ma!! Aku sakiit tadi kehujanan!! Aduuh! Mengigil!!" Aku segera tidur diatas tempat tidur dan menyelimuti diri sendiri.
Tidak ada jawaban.
Perlahan mataku tertutup dan semuanya menjadi gelap.
***
Aku membuka mataku, dan melihat ke arah kanan tempat tidurku. Aku melihat Mama yang sedang sibuk merapikan baju-baju ku yang berantakan.
"Eh, mama." Aku mengucek-ucek mataku.
"Eh sayang, kamu udah bangun." Mama tersenyum senang melihatku yang sudah fresh.
"Mama udah bikin teh hangat tuh buat kamu, ayo diminum." Mama beranjak dari tempatnya duduk dan mengambilkan teh nya untukku.
"Waah, makasih ma." Aku menyereput teh hangat buatan Mama.
Aku tidak percaya, Mama memberi perhatian lebih kepadaku. Ada apa ini? Is it a miracle or what?"Kalau teh nya sudah habis kamu langsung mandi ya, An. Mama mau nyiapin makan malam dulu nih." Mama tersenyum kemudian keluar menuju dapur.
Aku merasa perutku mual sekali, aku berlari menuju kamar mandiku. Pasti karena kehujanan tadi, aduh. Setelah muntah, aku membersihkan muntahan ku dan segera mandi. Aku tidak ingin mengkhawatirkan Mama, jadi aku tidak memberitahukannya.
Deg.
Seketika aku teringat dengan Deva.
Ohya, tadi kan Deva mampir kerumah. Kemana dia sekarang?

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Ficțiune adolescențiBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...