12

3K 126 3
                                    

Brian

Anna sudah sampai di Universitas Indonesia. Apa dia bersama Vio? Apa Vio ikut? Semoga iya.

Yes.

Vio ikut.

"Yo, Vio ikut Yo." Aku menunjukkan pesan dari Anna.

"Coba liat dah." Leo menarik hpku dan membaca chatt ku dan Anna. Dan matanya melotot kaget.

"Sumpah, bro. Lo kebangetan namanya." Leo menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatapku aneh.

"Kenapa sih?" Aku menggaruk hidungku yang tidak gatal dan mengambil kembali hp ku yang ada di genggaman Leo.

"Bukan gini cara ngedeketin cewe yang lo suka."

"Gue kan harus tau dulu Vio orangnya kayak gimana. Ya nanya-nanya aja dulu sama temen deketnya." Aku mengacuhkan tatapan aneh Leo dan kembali fokus memainkan instagramku.

"Yan sekarang gini dah, lo deketin Vio atau Anna?"

"Vio."

"Lah lo deketnya sama Anna tapi, Briananda Winarta."

Leo memukul pelan mejanya, geregetan, plus kesel.

"Gua mencoba buat deket sama sahabatnya, biar dia bisa deketin gua sama Vio. Ngerti kan, Leonardo Syahputra?"

Leo kembali menatapku kesal dan mencubit pipiku.

"Uuuuu ngerti-ngerti yaaank."

"Leo lu, sumpah, mati aja dah sono." Aku menggampar tangan Leo menjauhinya dari wajahku, Leo hanya tertawa dan berdiri hendak menuju mesin air minum.

Aku hampir tersedak ketika seseorang menenpuk bahuku.

Anna.

Aku melihat ke arah belakang, terlihat perempuan dengan rambut kecokelatan nya yang lurus tergerai bebas, Vio tersenyum, senyumnya membuatku terasa hangat.

Leo datang menghampiri mereka dan menyambut mereka dengan tos-tosan.

Anna duduk di samping ku dan membuka topik pembicaraan, Vio seperti tahu maksud Anna, dia menjauh dan memilih duduk di dekat Leo.

Gue maunya elo, Vi yang ada disini, ngajak gue ngobrol. Andai aku bisa berkata seperti itu ke Vio.

Aku melihat Vio mengobrol bersama Leo, aku memperhatikan setiap gerak-gerik Vio.

Aku bisa mendengar Leo nge-gombalin Vio.

Ah sialan Leo.

Kemudian Vio beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah mesin air minum di kantin ini.

"Yan? Wooi, Briaan?" Anna menjentikkan jarinya dan melambaikan tangannya ke depan wajahku.

"Eh...i..iya? Nanya apa nanya apa?" Aku beralih ke arah Anna.

"Gue nanya, temen band lo yang lain, si Aldi sama Tomi kemana?"

"Oooh, lagi otw mereka, lagi di jalan, kena macet nih An mereka."

Anna terus membuat topik pembicaraan, seru emang, aku berusaha untuk terlihat tertarik, sepertinya berhasil.

Aku tidak bisa melepas mataku dari Vio, ketika Anna sedang menatap hp nya, aku menangkap Vio sedang memperhatikanku, sepertinya dia tidak memperhatikanku karena gerak-gerik tubuhnya seperti sedang mencari seseorang. Kemudian Leo menghampiri nya dan berbicara dengannya.

Leo kampret.

Leo sialan.

Leo kampret.

Leonardo kampret.

"Ehya jam berapa Brothers tampil?" Anna mengibaskan rambut ikalnya ke belakang.

"Uh, jam tujuh nanti. Sampe jam delapan, masih ada yang ngisi lagi sih nanti."

"Ohya? Siapa, Yan?"

"Band dari sekolah lain, gue juga kurang tahu sih An. Lupa namanya."

Leo dan Vio kembali dari tempat makanan korea. Yakin banget Vio ditraktir sama Leo. Leo orangnya emang sering gitu, terlalu baik.

Kemudian Leo menawari Anna, Anna menerima tawaran Anna dan akhirnya membiarkan aku dan Vio berdua, di meja kantin.

Aku kembali memperhatikan Vio. Aku tidak akan pernah bosan melihat Vio. Ga akan. Lucu banget Vio kalo lahap makannya kayak gini. Aku menahan tawa ku melihat Vio yang seperti korban bencana yang kelaparan.

bzzz.

Aldi: Lo dimana? Tungguin gua sama Tomi dong.

Brian: Kantin Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Gue tunggu depan kantinnya ya.

Aldi: Oke.

Aku berjalan menuju depan kantin FIB UI ini. Tadinya aku ingin memberitahu Vio, sekalian ngobrol gitu, tapi Vio sibuk dengan makanannya, enggak enak ganggu. Akhirnya aku mengirimi dia pesan, memberitahukan aku sedang dimana.
***

"Mari kita sambut band dari SMA Panglima Mulya, BROTHERS!!!"

Aku, Aldi, dan Tomi naik ke panggung. Kami menyanyikan beberapa lagu. Ada lagu ciptaan Tomi juga, hahaha.

Aku senang melihat Vio ada diantara kerumunan orang-orang yang menonton ku. Aku senang melihat Vio ikut menari mengikuti alunan musik yang sedang dimainkan.

Semangatku ketika bernyanyi makin menjadi, berkat kehadiran Vio.

Cahaya lampu diredupkan.

Inilah lagu yang kutunggu untuk aku nyanyikan.

Lo bisa, Yan. Lo udah sering latihan buat nyanyi lagu ini.

Piano telah disediakan.

Aku memainkan tuts-tuts piano tersebut, memainkan lagu favoritku.

From the way you smile

To the way you look

You capture me

Unlike no other

From the first hello

Yeah that's all it took

And suddenly

We had each other

Wajah Vio bersinar karena terkena cahaya-cahaya lampu.

I can't get my eyes off of you, Vio. All I can see is your smile in this place.

-------------------------------------------------------------

Please vote dan comment yaaaaaa🙋🙋! Kasih feedback jugaa hahahah🙌. Jangan jadi sider yeahahahhahaa😜. Thank you buat yang udah read buku ini, gue harap makin banyak yang read 😁😁

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang