10

3.4K 141 5
                                    

Anna

Untuk pertama kali nya, aku melihat Mama kembali memegang, bahkan memerhatikan foto pernikahannya dengan Papa, di gudang penyimpanan barang-barang bekas.

Mama memperhatikan setiap detail yang ada di foto itu, rambut nya, rambut Papa, baju pernikahan mereka, terutama wajah Papa. Beberapa saat kemudian, terdengar tangisan.

Aku melihat Mama dari kejauhan, dari kursi meja makan.

Mama segera membereskan kotak-kotak di gudang dan memasukkan kembali foto pernikahannya ke dalam kotak. Mama mengunci dirinya di kamar.

Bagaimana tidak bosan? Setiap Sabtu dan Minggu harus berada dalam keadaan seperti ini terus. Diam, sunyi, hanya ada suara radio, atau televisi. Atau musik yang berasal dari kamar Mama, atau kamar ku.

Aku bersyukur Mama masih peduli dengan membelikan ku makan, dan segala macam perlengkapan yang aku butuhkan.

Tapi Mama tidak pernah ada di hidupku.

Tidak pernah ada di saat aku senang, ataupun sedih, atau bimbang.

Tidak.

She was never there for me.

Setelah selesai menghabiskan roti berselai nutella ku, aku kembali masuk ke dalam kamar. Mengunci nya. Always.

Aku melihat ke arah layar hpku yang menyala.

Brian: Paagi juga, Anna. Iyaa, jam tujuh malem yaa bukan pagi hahaha. Nanti gua line lo kalo udah sampe :D

Please jangan baper, An.

Itu cuma emot.

Itu cuma ucapan 'selamat pagi' doang.

Anna, mungkin aja dia kayak gini juga ke cewek lain.

Anna, jangan, jangan.

Aku enggak bisa membohongi perasaan ku sendiri.

Tapi aku juga enggak mau suka sama dia.

Sayang sama dia.

Apalagi,

cinta sama dia.

Aku takut. Aku takut jatuh cinta.

Tapi aku senang Brian mengirimiku pesan seperti itu.

Tumben juga Brian tidak memintaku untuk menemani nya, biasanya setiap Jumat Brian dan Aku bergadang hingga malam. Entah itu, membicarakan tentang band, Vio, Leo, atau artis-artis di youtube. Dan hal lain nya.

Tapi malam ini tidak.

Aku membalas pesan Brian dan melempar hp ku keatas kasur.

Aku mengambil handuk ku dan mandi menggunakan air hangat, menyegarkan tubuh serta pikiranku.

***

Vio: Gue di depan rumah lo nih. Kosong ya rumah lo?

Aku merentangkan kedua tanganku, jam tiga. Kok bisa ketiduran sih lo, An.

Anna: Tunggu bentar, gue baru bangun tidur.

Vio: The..demi apa? Gilak lo. Sarap.

Anna: Gue tidur siang lah, bego.

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang