Anna
Senin pagi.
Sudah dua hari setelah menghilangnya hpku. Hp yang aku beli sendiri, dengan uang hasil tabunganku. Aku seperti kehilangan separuh jiwa ku.
Ok, itu agak berlebihan.
Aku mendengus kesal, aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi, dan segera bersiap untuk pergi ke sekolah.
Selesai mandi, aku mengenakan seragam sekolahku.
Aku mengenakan wonderstruck enchanted perfume yang dikeluarkan oleh Taylor Swift. Aroma nya menggoda sekali, love it so much. Aku juga mengenakan babylip berwarna pink lembut. Aku merapikan sedikit lagi rambutku sebelum turun kebawah.
"Maah? Mama?" Aku memanggil Mama, tidak ada jawaban. Hm, mungkin sudah berangkat kerja.
Aku membuka tudung saji yang ada di meja makan, Mama telah menyiapkan nasi goreng untukku. Aku tersenyum mengingat Mama masih peduli kepada ku.
Dengan cepat aku memakan nasi gorengku. Sambil menguyah nasi goreng itu, aku memikirkan nasib hp ku. Mama juga belum aku beri tahu tentang masalah ini.
Aku menyandang tas jansport ku yang bermotif bibir dan menyampirkannya ke pundakku. Aku mengenakan convers biru gelap dan segera berangkat ke sekolah.
***
"Brian line an sama lo?" Aku melihat ke arah chatts line Vio ketika dia memainkan hp nya.
"Eh i..iya, An. Eh...ehm.." Mendadak Vio menjadi grogi dan salah tingkah seperti itu. Ketika aku hendak mengambil hp Vio, Bu Nia telah memasuki kelas kami.
Bu Nia adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia. Bu Nia adalah guru tersabar sejagat sekolah.
Ada yang engga ngerjain pr? Senyum, menasehati nya.
Ada yang melawan dia? Senyum lagi, menasehati mereka.
Ada yang kurang aja banget sama dia? Senyum, menasehati lagi.
Kadang aku berpikir, Bu Nia pernah membuat dosa apa engga ya. Ya pasti pernah lah ya.
"Anna? Anastasia?" Aku terbangun dari lamunanku.
"Hey nak, bangun, bangun hihi. Belajar dulu, belajar, istirahat sebentar lagi kok, An. Nanti bisa tidur." Bu Nia tersenyum dan kembali menerangkan kelas.
Kan, bener. Dia senyum-senyum gitu kalau ada yang nakal atau bandel, atau engga mendengarkan ocehannya dia.
Bel istirahat berbunyi, aku menuju ke bangku Vio. "Vi, kantin yuk."
"Ayuk." Vio menerima ajakkan ku. Aku sebenarnya berniat ingin mengambil hp Vio, tetapi muncul perasaan tidak enak, kayaknya aku orang yang mau tahu urusan banget.
Ah tapi Vio kan sahabatku, dia seharusnya tidak usah menyembunyikan sesuatu seperti itu, merahasikannya.
Aku dan Vio membeli spaghetti keju dan es teh manis kemudian membawa makanan kami ke meja kantin yang kosong.
"Gimana hp lo, An? Brian udah ngabarin lagi?"
"Ha? Kok Brian?" Kenapa aku jadi kesal jika mendengar nama Brian keluar dari mulut Vio?
"Iya, Brian. Eh, maksud gue, Brian udah nyoba buat nanya ke kakaknya belom?"
"Belum, mau ngabarin lewat apa juga? Hp gue kan ilang. Gimana sih, Vi." Aku memangku daguku di telapak tanganku dan menyendok spaghetti ku.
"Anna!" Brian berjalan cepat menuju meja ku dan Vio.
Brian berjalan seperti.....aduh, Brian lucu banget sih mukanya. Aku membayangkan ada jubah kerajaan di punggung Brian dan mahkota di kepalanya, dan Brian berjalan dengan slow motion.
"Hey Anna?" Brian menjentikkan jarinya di depan wajahku.
"Eh iya..? Oh iya, gimana kakak lo? Udah nyoba buat ngehubungin Deva Deva itu belum?"
"Line kakak gue udah baru, bukan line yang lama, dia juga udah lupa id line nya Deva. Sorry banget, Ann," Brian memohon maaf.
Aku merasa putus asa. Ah sudahlah, hidup ku akan hampa tanpamu, hp.
"Lo nge password semua app di hp lo kan?" Leo memastikan.
"Eh..ehm.."
Aku menggaruk-garuk kepalaku. Tidak, aku tidak mempassword segalanya. Aduh bagaimana ini? Aku sering lupa sendiri dengan password-password hp seperti itu.
"Please, jangan bilang lo engga nge-password semuanya?" Vio menyipitkan matanya dan memastikan aku.
"Eng....ga." Aku tersenyum lemas.
"Aduh Anna!" Mereka bertiga bersamaan berteriak dan menepuk jidat nya.
Aku tertawa terbahak-bahak kemudian berhenti ketika melihat wajah teman-teman ku yang memerah kesal. Gregetan sama aku pastinya.
"Kenapa engga dipassword Annaaaaa?" Brian mengguncang-guncangkan bahuku kencang.
"Aduh, aduh, ih kan gue engga tau kalo bakal kejadian kayak gini."
"An, seenggaknya lo udah was-was duluan laah." Leo melipat tangannya kesal.
Aku menghela nafas panjang.
"Gue sering lupa password, jadi engga gue kasih di hp."
"Lain kali kalo lo bikin password gue liatin deh, biar gue bisa ngingetin lo." Vio melanjutkan spaghetti nya.
Brian dan Leo berjalan menuju kantin, ingin memesan makanan juga.
Stupid Anastasia.

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Fiksi RemajaBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...