Flashback

4.6K 103 3
                                    

Sesampainya di bandara, aku melihat mama yang sudah menungguku. Aku memeluknya. Mama mengingatkan ku untuk segera berangkat ke rumah sakit. Aku tidak mau. Aku ingin menginap saja selama satu bulan di rumah sakit, menemani Deva. Mama awalnya menolak, tetapi aku tetap ingin bersama Deva. Akhirnya, mama mengalah, walau aku tau betapa khawatir dan sedihnya dia, tapi aku ingin menghabiskan waktu ku bersama Deva. Setiap hari aku selalu di sana, di dekat Deva, merawatnya. Terkadang perut ku perih dan batuk-batuk darah, namun aku menahannya dengan meminum obat maag dan segala obat peredanya.

Aku terkadang pergi diam-diam menemui seorang dokter untuk mengecek keadaan ku bagaimana. Kanker ku ternyata makin parah, dan dokter itu menyarankan bahwa aku lebih baik segera dirawat dan di kemoterapi. Aku menolaknya sambil tersenyum, aku harus bertahan untuk Deva.

Akhirnya, Deva akan dioperasi. Ini saatku untuk menjalani kemoterapi dan segala macam pengobatan. Aku berat sekali untuk meninggalkan Deva, tapi aku benar-benar harus segera pergi. Aku mencium keningnya sebelum meninggalkan dirinya.

Aku menjalani pengobatanku dengan rutin. Awalnya semua berjalan lancar, namun kanker ku malah menjadi makin parah. Vio dan Mama semakin khawatir dan panik.

Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan, aku senang sekali Deva sudah sadarkan diri dan jantung nya cocok di tubuhnya. Aku ingin menjenguknya, tapi dokter melarangku dengan keras. Dokter berkata aku tidak bisa pergi kemana-mana dulu. Akhirnya aku menulis pesan kepada Deva. Tiba-tiba, perutku perih seperti ditiban 100 orang, dan ditinju 1000 orang. Sumpah, sakit dan perih banget. Aku kembali memuntahkan banyak darah. Akhirnya, aku menambahkan beberapa kata lagi di pesan yang akan ku kirim untuk Deva tetapi aku tidak mengirimkan pesannya. Lebih baik dia membacanya sendiri dengan memegang benda yang udah mempertemukan aku dengan dia. Aku tidak yakin aku akan bertahan. Aku sudah tidak kuat menahan semua ini, Tuhan tolong aku, aku lelah dan capek menghadapi penyakit ini.

***

Aku melihat cahaya putih, aku berjalan mengikuti nya. Samar-samar terdengar suara-suara aneh. Banyak suara yang meneriaki nama ku, suara mereka memang tidak jelas namun aku tahu mereka memanggilku. Tetapi aku mengabaikan suara-suara itu. Aku tetap berjalan lurus ke arah cahaya putih.

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang