Author
Deva berlari mengikuti Anna. Langkah Anna terhenti di depan kolam renang hotel. Anna duduk di kursi yang ada di dekat kolam renang tersebut. Deva berdiri tidak jauh dari tempat Anna duduk.
"Hai, Dev." Anna menyapa Deva dengan canggung sambil mengelap air mata nya.
Buat apa gue nangis Brian ngelakuin itu ke Vio? Gue juga udah tau semua nya walaupun Vio sama sekali ga cerita apa-apa tentang perasaan dia ke Brian sama gue. Buat apa gue lari terus nangis? Cupu lo Ann! Lenjeh!
Anna memaki-maki dirinya sendiri sambil melihat bayangan dirinya di genangan air kolam renang. Deva duduk di samping Anna.
"Kemana aja, Dev?" Anna bertanya dengan nada dingin. Wajahnya tidak ingin bertemu dengan wajah Deva. Deva menunduk sambil mengigit bibirnya yang terasa beku.
"Gua harus ngejelasin semua nya sama lo, Anna." Deva memutar badan Anna pelan hingga matanya bertemu dengan mata Anna.
"Jantung gua lemah, An. Gua gatau sampe kapan gua harus ngerasain serangan jantung secara tiba-tiba. Lo inget ga waktu itu ketika lo ngejenguk gua? Gua seneng banget, An. Gua tau kita baru kenal, tapi lo udah bisa ngebuat gua nyaman. Lo ngerawat gua, dengerin cerita gua, ngerti becandaan gua, se-garing apapun becandaan gua lo ngerti dan tetep ketawa ya walaupun kadang lo ngeledek tapi gua seneng, An. Cuman, gua ke inget sama jantung gua. Kalo gua tambah deket sama lo, gua takut gua makin sayang sama lo. Dan ketika gua sayang sama lo, gua takut jantung gua berhenti dan hidup gua berakhir. Gua sering nonton film dimana cewek dan cowok ketika salah satunya punya penyakit dan mereka saling sayang salah satu di antara mereka pergi buat selamanya." Deva menatap mata Anna yang tidak berkedip sekali pun ketika mendengarkan penjelasan Deva.
"Dev, gue ga suka sama orang yang tiba-tiba pergi ninggalin gue. Siapa yang suka ditinggal orang yang mereka tadinya deket banget sama orang itu?" Anna merasakan air matanya mengalir lebih deras. Seperti hujan yang mengalir dari atas langit. Mata nya adalah langit dan air mata adalah hujan nya.
"Tapi gua salah, An. Aku salah. Aku kira dengan jauh dari kamu, dengan kita ga ada hubungan lagi semuanya jadi lebih mudah. Tapi ternyata engga, aku kangen sama kamu, An. Aku sadar aku ga bisa jauh dari kamu. Kamu perempuan kedua yang bisa bikin aku nyaman walaupun baru beberapa hari kenal. Pertama mama ku," Deva tertawa pelan sebelum melanjutkan bicaranya.
Anna terdiam, bibirnya membisu. Rasanya dia ingin melemaparkan dirinya ke dasar kolam renang dan menembus hingga ke bawah tanah dan mengubur dirinya sendiri. Anna tidak dapat membalas penjelasan Deva.
Deva memberanikan diri menyeka air mata Anna, menyentuh pipi nya yang sedingin es.
Seandainya lo tau penyakit gua, Dev.
"Kasih aku satu kesempatan lagi, An."
Anna masih terdiam.
"Jantung baru ku baru ada bulan depan." Deva melepaskan tangannya dari wajah Anna.
"Dev.."
"Apa?"
Tanpa berpikir dua kali, Anna memeluk Deva. Mungkin kehadiran Deva disini akan membuat Anna melupakan Brian. Deva kaget sekaligus senang melihat Anna berada di pelukannya. Deva membalas pelukan Anna sambil mengelus-elus rambutnya.
"Aku tau, kamu ada rasa sama Brian. Aku lihat gimana kamu tadi pas Brian.."
"Please, aku ga mau ngebahas yang tadi." Anna belum bisa melepaskan pelukannya. Rasanya nyaman, hangat, dan tenang. Deva terdiam penuh arti. Mereka berdua diam, tetapi tidak dengan suasana yang canggung. Malam hari di Bali ini benar-benar malam yang engga akan mereka lupakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Teen FictionBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...