Author
"Akhirnya kita udah di rumah sakit lo ya." Anna melihat keadaan sekeliling kamar rawat Deva. Deva tersenyum. "Pokoknya, gua janji sama lo kalo gua ga bakal sakit-sakitan lagi, gua yakin jantung baru gua bakal betah di tubuh gua."
Mungkin lo bisa janjiin itu semua, gue ga bisa tapi, Dev. Gue ga bisa janjiin lo kalo gue bakal bertahan.
Anna menghelas nafas nya panjang. "Iya, Dev. Aku bakal selalu dukung kamu. Aku masih disini," Anna mengambil semangkuk sup dari atas meja. "Makan dulu, yuk." Anna menyuapi Deva.
"Ma suapin lagi, maaaa..." Ujar Deva manja.
"IIHH JIJIIIK.."
"Aah mamaaaaaa...."
Anna melotot kasar kearah Deva yang tertawa melihat wajah Anna yang memerah.
"Bales dong, 'nih papa, mama suapin biar papa cepet sembuh'."
"Ogah." Anna melempar wortel dari sup ke arah Deva.
"Dasar pembuat dosa! Mubazir ini!" Deva memakan wortel yang terletak di depan wajahnya. Anna tertawa geli melihatnya.
"Gue nginep ya disini? Satu bulan gue nginep disini.."
"Serius?" Mata Deva terlihat bersinar ketika Anna menawarkan dirinya untuk menjaga dan merawat Deva selama satu bulan ini, sampai jantung baru Deva ada, dan jika Anna dapat bertahan hidup.
"Ga boleh ya?"
"Iya, engga boleh."
"Oh yaudah.."
Anna berjalan menuju pintu keluar. Dilihatnya Deva hanya melirik-lirik jail ke arah Anna.
"IH di halangin dong elah. 'Eeh..engga deng, enggak. Jangan pergi doong, boleh kook.' Gituin kek,"
"Dih..pengen banget digituin lu? Bahahhahaha." Deva tertawa keras ke arah Anna.
"Berisik." Anna melempar bantal sofa di dekatnya. Untung bukan sofa yang di lempar.
***
Waktu sebulan sangat cepat. Dari hari ke hari, Anna menghabiskan waktunya bersama Deva. Mengajak Deva jalan-jalan ke taman rumah sakit, menyuapi Deva (seharusnya Deva bisa menyuapi dirinya sendiri, namun dasar Deva yang manja, dia hanya ingin makan jika disuapi Anna), dan masih banyak hal yang Anna lakukan bersama Deva. Bahkan mereka juga memainkan monopoli. Gruhan dan Zasky senang melihat mereka berdua. Mungkin tanpa meminta izin mereka berdua sudah menyetujui hubungan Deva dan Anna. Anna menahan rasa sakit dan pusingnya selama di tempat Deva, demi dapat melihat dan bersama Deva setiap hari nya.
"Demi apa lo di Bali ga berani tidur di kamar sendirian? Ahahah, terus lo tidur dimana? Kamar Brian?"
"Enggaklah bego, gue tidur di kamar Salsa sama Karen. Ish."
"Yah kan bisa aja. Eh gimana Brian?"
"Aaah masa tangan gue pas digandeng sama dia langsung dia lepas cuma gara-gara temen-temen pada nyorakkin gitu. Katanya malu."
"Brian kayak nerd deh ah."
"Tau nih, untung dedeq sayang."
"Najis."
"Gimana Deva?"
"Udah baikan nih."
"Lo sendiri gimana?"
"Seminggu lagi kan jantung baru nya siap. Oh kalo gue? Gue udah gapapa kok, gapapa."
"Pokoknya selesai ngerawat Deva lo cerita semua nya ke dia ya, gantian dia yang ngerawat elo."
"Iya Vi iya. Yaudah yaa, gue mau mandi dulu. Byee."
Anna menutup telfon dari Vio. Hari sudah mulai malam, Anna segera buru-buru mandi dan menyiapkan nasi padang Deva yang ia beli di dekat rumah sakit. Deva tersenyum dan memakan makanannya dengan lahap.
"Tumben ga minta disuapin." Anna mengeringkan rambutnya dengan hair-dryer.
"Enggak, tangan lu ga higienes."
"Kurang ajar."
Deva menaruh piringnya di atas meja dan meminum air putih hangatnya. Anna duduk di atas kasur Deva.
"Siapa suruh duduk disini?"
"DEVAA LU NGESELIN BANGET SIIH AAAH." Anna mengkerutkan dahinya dan mengerucutkan bibirnya marah. Pipi nya memerah.
"Aku suka kalo pipi kamu merah."
"Yaudah gua nge cat pipi jadi warna merah nanti."
"Ciee seneng tuuh di sukain sama guaa, bakal ngelakuin apa aja biar gua tambah sukaa, cieee,"
"Ah berisik. Sedih deh, ah."
Deva yang tadinya tiduran langsung menegapkan tubuhnya dan mendekati Anna.
"Gua boleh nanya ga sama lo?"
Anna melirik Deva.
"Tanya aja, ga ada yang ngelarang."
"Gua boleh nyium lo ga?"
Anna membulatkan mata nya, pipi nya memerah, dia menggaruk-garuk bagian belakang leher dan mulutnya seperti orang gagap. Tanpa menunggu jawaban darinya, Deva mendekatkan kepala nya ke arah Anna. Closer...closer..and then they're closing their eyes.
And it feels like the world has stop spinning around.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Fiksi RemajaBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...