Anna
Aku menunggu Deva membalas pesan ku. Kemana dia? Ah, paling udah tidur.
Kalau dilihat-lihat Deva seru juga orang nya.
Tiba-tiba aku teringat dengan Brian. Aku segera mengirim pesan kepada Brian.
Anna: Brian! hp gue udah ketemu dong.
bzzz.
Vio: Serius? WAAAAAAA akhirnya. Kok bisa?
Loh kok Vio yang jadi kaget gini?
Vio: Brian barusan nge line gue kalo tadi lo udah ngeline dia :D!
Oh.
Aku melempar hpku hingga jatuh ke bawah lantai. Beruntung lantainya dilapisi karpet beludru yang lumayan empuk dan lembut.
Aku menghela nafas kesal. Mau marah, tapi marah kepada siapa?
bzzz.
Brian: horee!!! Finally! Kok bisa? Gimana caranya?
Anna: bsk gue ceritain.
Brian: An? Lo kenapaa? Cerita sama gua sini.
Aku tidak membalas pesan Brian. Aku memutuskan untuk tidur saja dan membalas pesan nya besok.
Mama tiba-tiba membuka pintu kamarku dengan wajah panik.
"Ma? Ada apa?"
"Deva.."
Mendengar berita tentang Deva, wajahku berubah menjadi panik dan segera berangkat menuju rumah sakit dimana Deva dirawat.
***
"Zasky!" Papa Deva memeluk Mama, meminta Mama untuk menenangkan dirinya.
"Gruhan! Gimana Deva? I'm so sorry," mama memeluk Papa Deva mengelus-elus punggungnya agar beliau dapat tenang.
Aku berusaha melihat ke arah kamar rawat Deva.
Apa yang terjadi dengan Deva?
Deva sakit apa?
Apakah parah?
bzzz.
Vio: Aaaan free call an yuk gue bete banget. Skype an deh hahahaa.
Anna: aduuh sorry banget Vi gue lagi bener-bener gabisa
Vio: kenapaaaaa
Anna: Gue lagi di rumah sakit.
Beberapa menit kemudian Vio langsung menelefon ku.
"Halo? Anna? Siapa yang sakit? Elo? Annaaaa gue berangkat ke rumah sakit sekarang!!! Rumah sakit manaa?"
"Wow wow wow, gue sama sekali enggak sakit Viooo."
"Terus siapa yang sakit? Nyokap lo? Aduuh gue tetep berangkat deh,"
"Bukan juga. Yang sakit iti Deva."
"Deva? Yang ngambil hp lo?"
"Iya ja..."
"Anna gue tau lo marah sama dia tapi lo jangan gebukkin dia juga sampe di rumah sakit kayak gini!!"
"Aduuh udah deeh, besok aja ceritanya panjang banget soalnya ok? Gotta go!" Sebelum Vio membalas ku aku langsung menutup telefonnya.
Dokter pun keluar dari kamar rawat Deva.
"Dokter bagaimana keadaan putra saya?" Pak Gruhan langsung memegang tangan dokter, berharap kabar baik dari nya.
"Putra bapak tidak apa-apa. Dia hanya terlalu lelah. Mungkin sebaiknya harus di rawat inap dulu di rumah sakit ini selama beberapa minggu hingga jantungnya dapat pulih kembali. Saya akan melakukan yang terbaik."
"Baik dokter, terima kasih atas semuanya."
"Sama-sama, Pak."
Dokter mempersilahkan kami masuk melihat keadaan Deva.
"Nak, nak, bagaimana keadaan mu?"
"Baik Pa. Lebih baik daripada yang tadi hehe,"
Sakit aja masih bisa ketawa-ketiwi kayak gitu.
Mata Deva membulat kaget melihatku ada di kamar rawat nya.
"Iya, tadi Papa panik dan langsung memberitahukan kejadian ini kepada Tante Zasky dan yaa akhirnya mereka datang kemari." Pak Gruhan tersenyum kepada Deva.
Deva menganggukkan kepala nya mengerti.
"Boleh aku berbicara sebentar dengan Deva?"
"Iya Gruhan, kami akan menunggu di luar." Mama dan aku meninggalkan ruangan Deva.
"Deva punya penyakit jantung?"
"Seperti nya sih iya." Mama memangku dagu nya dengan telapak tangan nya.
"Kita enggak punya keturunan penyakit jantung kan, Ma?" Aku meringis ketakutan sambil memandang ke wajah Mama.
Mama tersenyum sambil membelai rambutku pelan.
"Tidak ada nak. Jantung juga tidak hanya dari keturunan, jaga makanan dan kesehatan mu juga. Jauhi merokok, itu terutama."
Pak Gruhan tiba-tiba keluar dari kamar rawat.
"Zasky, kalau kamu mau pulang dengan Anna sekarang tidak apa-apa. Lagi pula sudah larut malam juga, Deva juga sudah ingin beristirahat," Pak Gruhan menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan kalimat nya.
"Terima kasih telah menyempatkan waktu mu untuk menengok anak aku, Zas."
"Sama-sama, Han. That's what a friend for." Mama menepuk bahu Pak Gruhan sambil memberikan senyuman lebar.
"Deva harus membeli persedian obat untuk penyakit jantungnya. Beruntung Deva sudah mulai berhenti merokok dan mengurangi aktivitasnya, juga mulai memakan makanan sehat." Pak Gruhan mulai dapat tersenyum lebar kembali.
"Baguslah, kalau sudah seperti itu. Aku dan Anna pulang ya, Han. I'll see you at work tomorrow?"
"Yeah, but i guess i will be coming a little late tomorrow. Aku harus menjaga Deva dulu."
Mama tersenyum mengerti. Aku dan Mama melambaikan tangan ke arah Pak Gruhan dan berjalan menuju parkiran, kembali pulang ke rumah.
Kenapa perasaan ku sangat cemas?
Kenapa aku sangat meng-khawatir kan Deva?
Aku tidak ingin jantung Deva semakin lemah tiap harinya.
Aku sangat berharap agar Deva tidak apa-apa. Aku tidak ingin terjadi hal seperti ini lagi kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Teen FictionBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...