3

6.7K 161 2
                                    

Vio

Untuk pertama kali nya aku merasakan kegugupan yang hebat.

Pertama kali nya aku merasakan jantung ku berdetak kencang.

Aku tidak mengerti mengapa.

Aku belum pernah merasakan hal seperti ini. Terasa...janggal.

Aku memang pernah mempunyai rasa kepada beberapa laki-laki di sekolah ini dulu, tapi, sekarang aneh. Aneh sekali.

Jantungku berdetak kencang hanya dengan melihat ke arahnya, hanya dengan memperhatikannya. Aku takut, aku takut dia dapat membaca pikiran ku, aku takut dia dapat mendengar detak jantungku. Aku takut.

Yang aku tahu, ketika aku melihat ke arah nya, aku merasakan hal yang berbeda. Hal yang aneh.

Tenang, aku mohon tenang, jantung. Kenapa kau berdetak tiada henti? Aku takut semua orang yang ada di sini dapat mendengar detakan mu.

Aku berusaha mengalihkan pandangan ku dari nya. Berusaha untuk tidak memperhatikannya.

Sudah sebulan ini aku mengagumi nya.

Memandangi nya ketika dia bersama teman-temannya. Tertawa, bercanda, ah senyumnya. Aku tidak tahan untuk tidak melihat senyum dan tawa nya ketika dia bercanda bersama teman-temannya.

Penuh rahasia.

Begitu orang bilang tentangnya.

Ya, dia yang pendiam, baik hati kepada semua orang, tatapannya yang menusuk. Itu yang membuat dia misterius, tidak pernah juga terdengar omongan yang tidak enak tentangnya.

Menurut ku dia berbeda.

Berbeda dari pada yang lain, berbeda juga dari teman-teman segerombolan nya.

Aku menyukai nya, aku mengagumi nya karena sifatnya.

Mungkin ada beberapa sifat yang tidak aku ketahui tentangnya, dekat dengan dia saja tidak. Mungkin dia sama sekali tidak mengenali, atau bahkan tidak tahu nama ku siapa.

Aku menghela nafas, berusaha untuk kembali memfokuskan otak dan diriku pada hal lain. Aku memerhatikan anak-anak yang berlalu lalang, tertawa, bercanda, bahkan ada juga yang memilih menghangatkan diri nya bersama pacar nya di bangku depan kelas sambil meperhatikan halusnya hujan yang mengguyur gedung sekolah ini.

Aku beranjak dari tempatku berada menuju ke arah sahabatku, dan tepat pada saat itu, aku dapat merasakan bahwa dia melihat kearah aku, dan...sahabatku.

Selalu seperti itu, selalu.

Ketika aku sedang bersama sahabatku, dia memperhatikan. Ya, Brian langsung memperhatikan kami.

Aku tahu, walaupun aku tidak langsung melihat ke arahnya tetapi aku dapat merasakannya.

Aku tidak mengerti.

Aku benar-benar tidak mengerti.

Kenapa dia tidak melihatku saja? Kenapa saat aku sedang berdua dengan sahabatku, dia memerhatikan?

Ah sudahlah, mungkin dia menyimpan rasa untuk sahabat ku. Ya, akhir-akhir ini dia sering memberi pesan singkat kepada sahabatku.

Tidak, tidak.

Ah, dugaan ku benar. Dia menyimpan rasa untuk sahabat ku.

Memang dia tidak selalu mengirim pesan singkat kepada nya, tetapi pernahkah dia mengirimi ku pesan? Tidak.

Aku menggoda sahabat ku. Menunjuk-nunjuk ke arah Brian. Aku tidak peduli apa yang akan dia katakan ketika melihat ku menunjuk-nunjuk seperti bocah itu.

Anna tersenyum malu. Mengajakku kembali ke kelas kami.

Dia berkata tidak menyukainya.

Tapi aku mengenal Anna.

Anna sahabatku.

Aku mengenalnya.

Anna menyukai nya, menyukai Brian.

Aku tahu.

Dia hanya gengsi untuk mengakui nya. Anna tidak pernah tahu aku menyimpan rasa untuk Brian. Dia tidak pernah tahu, dan tidak ada seorang pun yang tahu. Sebisa mungkin aku menutupi rasa yang ada untuk Brian. Aku tidak ingin ada seseorang pun yang tahu aku menyukainya. Tidak, tidak mau. Bahkan sahabat ku sendiri saja tidak tahu.

Aku mengekor Anna yang kembali ke kelas dan mengambil earphone nya.

Dan tepat pada saat itu, Brian memberinya pesan singkat. Lagi. Aku menahan rasa kesal. Aku menahan nya. Aku bisa merasakan pipi memerah. Aku segera mengabaikan apa yang Anna katakan dan menariknya ke arah kantin.

Lebih baik aku makan daripada harus melihat pesan singkat mereka.

Anna benci ketika dia mendapat pesan singkat dari Brian.

Aku tahu, dia membenci Brian karena Brian tidak jelas. Tiba-tiba mereka dekat, namun tiba-tiba Brian mengabaikannya, menjauhinya. Aku tahu sebenarnya Anna menyukai nya, menyukai hal itu, ketika Brian mendekatinya, memberi sinyal kepadanya.

Meskipun Anna berkata 'tidak', aku tahu dia menginginkannya. Menginginkan Brian agar terus mengiriminya pesan singkat.

Aku dan Anna berjalan menuju kantin.

Anna berjalan menuju tempat yang biasa kami duduki ketika makan bersama. Aku berjalan menuju Mas Gendut.

Langkah ku terhenti.

Aku tidak berani melanjutkan langkah ku.

Tapi aku lapar.

Ah kenapa harus ada Brian?

Aku berhenti sesaat.

Seketika aku kembali dalam lamunan ku.

Brian.

Aku menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu. Pertama kali kita memasuki sekolah ini. Aku menyukaimu, Brian.

Tapi tidak bisa, aku tidak bisa menyukai mu lagi. Sahabatku telah menyukaimu. Lebih baik aku yang mundur. Lebih baik aku memberikanmu kepada sahabat ku.

Aku kembali berjalan tenang menuju Mas Gendut dan memesan satu mie goreng rendang.

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang