29

2.4K 71 0
                                    

Deva

Setelah selesai mengurusi Anna, aku tidur di atas sofa. Aku menyelimuti diriku sendiri. Tapi aku tidak merasa mengantuk, aku tidak ingin tidur kembali. Aku meletakkan tangan ku ke atas kepala dan mencoba tidur.

Tidak bisa.

Aku melihat ke arah ranjang ku, memastikan apakah Anna telah tertidur atau belum. Aku berjalan menuju ranjang dan mendapati wajah Anna yang tenang, sudah tidur nyenyak. Lebih mirip sleeping beauty.

Aku tersenyum memandang wajah Anna. Aku tidak menyangka, baru kenal dengan Anna, namun aku seperti sudah mempunyai hubungan yang erat dengan Anna.

Aku mengelus-elus rambut Anna pelan, tidak ingin membangunkan nya. Aku melihat ke arah jam dinding, jam tiga dini hari. Aku sudah merasa segar, tidak mengantuk sama sekali. Aku mengambil hp ku di atas meja.

Aku melihat pesan-pesan yang di berikan kepada ku.

Raka: kapan lo keluar dari rumah hantu?

Aku tertawa pelan membaca pesan Raka. Raka takut dengan rumah sakit, sebisa mungkin dia menjaga kesehatan badannya agar tidak masuk rumah sakit. Raka terlalu banyak menonton film horor yang berlokasi di rumah sakit sepertinya.

Deva: Hari ini sob.

Aku yakin dia sudah tidur. Pesan yang Raka berikan sudah dari jam 10 malam.

bzzz.

Raka: Wees, good lah good. Anna masih sering jengukkin lo?

Well, dugaanku salah.

Raka teman ku satu-satu nya yang aku ceritakan tentang Anna, yang tidak pernah absen menjenguk dan menemaniku.

Deva: tebak siapa lagi tidur di sini sama gua.

Raka: anjir, kuntilanak? Sumpah gua saranin sekarang lo keluar dev.

Deva: bukanlah goblok gua juga udah kencing sambil lari kalo kuntilanak.

Raka: terus siapa woi?!

Deva: sleeping beauty.

Raka: lo ngapain aja sama Anna?!

Deva: dia ketiduran. lu bisa stop panik engga sih boy.

Raka: gua rasa ada yang lagi seneng nih. Yah, si itu gimana nasib nya dev? Hahaha.

Siapa?

Aku termenung membaca pesan Raka.

Siapa?

Oh, Risya.

Risya adalah mantan ku. Aku dan Risya menjalin hubungan selama hampir 1 setengah tahun. Namun hubungan kami harus berakhir karena Risya berulah. Dia dikabarkan dekat dengan teman sekelasnya, Sandy. Awalnya aku kira itu hanya rumor biasa, karena yang aku ketahui Sandy dan Risya memang sudah dekat, namun hanya sebagai sahabat.

Namun aku melihat dengan mata ku sendiri, Risya dan Sandy sedang keluar dari pintu bioskop dan Sandy merangkul pinggang Risya, Risya tidak berusaha melepaskannya. Disitu aku hanya bisa berdiri, kemudian berjalan menuju Risya mengatakan bahwa hubungan kita harus berakhir.

Risya menarik tanganku mencoba menjelaskan, namun aku tidak mau mendengarkan apa-apa lagi dari nya. Aku dan Risya sekarang teman satu band, aku tidak apa-apa harus satu band, satu team dengan mantan ku. Raka bilang, Risya masih menyimpan rasa untukku, Risya masih sayang dengan ku. Namun aku tetap tidak bisa menerima Risya lagi.

Deva: gua sama Anna baru kenal, santai aja, enggak mungkin gua sayang atau cinta secepet itu sama Anna.

Raka: Risya udah cemburu sih intinya.
Deva: sok cemburu dia hahaa.

Raka: tawain ae ya depp.

Aku tidak membalas pesan Raka dan melanjutkan tidurku.

***

"Anna, Anna," Anna membuka pelan-pelan kedua kelopak mata nya.

"Oh, Deva." Seperti nya dia agak kaget melihat wajah ku. Aku memberikan senyum termanis yang aku punya kepada Anna.

"Gua bawain lo Mc Donald's nih," aku memberikan bungkusan McD.

"Ih ga usah repot-repot." Anna menolak halus, namun aku tahu dia sebenarnya mau.

"Oh yaudah," aku mengangkat bahuku tidak peduli dan mengambil kembali bungkusan McD tersebut.

"Eeeh, enggak enggak ih mau." Anna mengerucut kan bibirnya dan wajahnya memerah kesal. Aku tersenyum jail ke arah nya.

"Lagian sok gamau."

"Yah biar lucu gitu, 'eh gapapaa ambil aja' gitu kek bales nya." Anna berkonsentrasi pada makanannya tidak melihat ke arah ku.

Aku suka sekali memperhatikan Anna. Wajahnya tidak membuatku bosan untuk terus menatapnya. Sepertinya memperhatikan Anna adalah hobi terbaru ku. Aku tertawa sendiri setelah melihat Anna yang lahap sekali dengan makanannya.

Anna menyadari bahwa aku tertawa karena melihat tingkahnya. Kemudian Anna berhenti makan dan membersihkan mulut nya yang belepotan.

"Ngapain sih lo ngeliatin gue?" Anna menyipitkan matanya dan beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan mulutnya.

"Kalo makan jangan kayak ayam."

"Siapa yang kayak ayam?"

"Lo kayak anak ayam, petok petok." Aku mengibas-ngibaskan lengan ku mengejek Anna, berpura-pura menjadi ayam.

Anna mencipratkan air ke arah ku, aku segera berlindung dibawah kasur namun Anna tetap menyerang. Dengan cepat aku memasuki kamar mandi dan membalas Anna. Dan akhirnya kami bermain perang air sampai tiba-tiba Papa dan Tante Zasky membuka kamar rawat ku.

"Ada apa ini? Basah semua!" Tante Zasky berteriak kaget dan tidak sengaja aku mencipratkan air ke wajah nya.

Ups.


M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang