17

2.7K 72 0
                                    

Deva

"Good job guys!" Aku, Risya, Salsa, Raka, dan Dariel saling ber-tos ria, menyambut kelancaran dan kesuksesan band kami tampil.

Aku tersenyum senang mendengar sorakan penonton yang ramai sekali. Senang mendengar penampilan kami. Sayangnya sudah larut malam, kami sudah mengakhiri acara dan ingin segera pulang ke rumah.

"Bungkus rokok gua mana, Sya?" Aku menyolek bahu Risya yang berjalan di depanku, mengikuti teman-teman yang lain menuju parkiran.

"Ada di dalem tas gue. Jangan di ambil, Deva. No." Risya mengisyaratkan jari telunjuknya, menggoyang-goyangkannya di depan wajahku.

"Sini gua mau ngerokok, elah."

"Kenapa sih lo? Gue temen lo, Dev. Panteslah kalo gue khawatir dan mau jaga keselamatan juga kesehatan lo!" Risya membentakku, menegaskan bahwa aku dilarang untuk merokok.

Aku kaget melihat mata Risya yang besar melotot. Seperti setan di film-film horor.

"Iya iya maaf. Lo kayak engga tahu aja rokok bikin apa ke penggunanya." Aku menendang aspal yang ada dibawahku, menundukkan kepalaku malu.

"Iya, gue tahu, kecanduan kan? Susah berhenti? Tapi lo harus berhenti, mau engga mau." Risya menegaskan ku dan segera berjalan cepat menyusul Salsa yang sudah sampai di dekat mobil Papa.

Aku senang mempunyai Papa seperti dia. Aku sudah bersikeras untuk tidak diantar Papa, karena kasihan Papa sudah tua. Tapi Papa memaksakan dirinya untuk tetap mengantarkanku dengan alasan Papa sayang denganku dan tidak ingin kehilanganku.

Mungkin itu sangat lebai, tapi...ah sudahlah. Itu sudah masa lalu. Kenangan terburuk di hidupku.

"Sudah selesai? Papa tadi sempat merekam sedikit perform kalian." Papa tersenyum lebar menyambut kedatangan kami dan segera mempersiapkan mobil.

Aku membuka pintu mobil disebelah Papa dan duduk.

"Waaaa makasih om udah direkamin. Raka ganteng ga om disitu?" Raka terkekeh jail.

"Ganteng banget Rak sumpah, AAAA MAS RAKAAAAAAA!!" Dariel menirukan suara jeritan fangirling anak perempuan yang sangat menggelikan.

"AAAAAAA MAS RAKAAAA AAAAH ABANG RAKAA AA RAKAAA AAAAAHH!!" Aku menirukan suara perempuan yang sedang napsu.

Semua yang ada di mobil tertawa terbahak-bahak mendengar suaraku.

"Sumpah, Dev suara lu cocok banget jadi iklan cewe bokep." Salsa menertawaiku sambil mengibaskan rambutnya kegerahan.

"Aaaaah Salsaaaah, aw.." Aku makin menjadi.

Papa menepuk bahuku keras kemudian tertawa ngakak.

"Anak gua kenapa jadi gini buset dah."
"Pa jangan pecat aku jadi anak ya."

Papa hanya menjawab dengan gelak tawanya yang khas.

***

Setelah mengantarkan semua teman-temanku kerumah mereka, aku dan Papa segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Papa pamit untuk tidur duluan, ya pasti Papa lelah menunggu seharian seperti itu. Aku memasuki kamarku dan menguncinya.

Ketika aku membuka celana jeans ku untuk ganti baju, aku merasakan sesuatu yang berat.

Hp.

Hp punya siapa?

Aku menepuk jidatku. Hp perempuan cantik tadi. Cantik tapi galak, jutek. Hiii.

Aduh ngerepotin kan, elah.

Aku mengambil charger iphone ku dan menge-charge nya.

Dengan iseng aku membuka hp perempuan itu, dan, tidak dikasih password.

Dasar cewek bodoh, masa enggak di password. Untung yang nemuin orang baik kayak gua.

Aku membuka-buka gallery hpnya, melihat-lihat foto-fotonya.

Hanya ada foto quotes, seperti kebanyakan perempuan.

Hanya ada satu foto selfie dirinya.

Rambut nya yang bergelombang terjuntai lemas menyelimuti hingga ke punggungnya, tertata rapi sekali.

Bibirnya yang berwarna pink pucat membentuk sebuah senyuman manis. Kulitnya putih, matanya kecokelatan, bulu matanya yang lentik, dan alis nya yang tebal menghiasi wajahnya.

Cantik juga. Badannya yang agak berisi, namun mungil, membuat kesan lucu kepadanya.

Siapa sih nama perempuan ini? Aku membuka akun instagramnya.

'Anna'.

Begitu nama instagramnya.

Anna.

Namanya aja cantik, apalagi orangnya.

Aku memfollow akun instagramku sendiri dan spam likes di semua foto-fotoku hahahaha, lumayan.

Aku menaruh kembali hp Anna di meja dekat tempat tidurku dan memutuskan untuk tidur saja.

Besok aku akan mencoba menghubungi salah satu teman Anna. Kalau sekaran? Hm sudah malam, dan sepertinya Anna dan teman-teman nya juga sudah tidur. Aku mematikan lampu dan memejamkan mataku perlahan.

M I N E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang