2 bulan kemudian.Deva dan Anna lost contact.
Author
"Gua gabisa jauh dari dia, Yo." Brian memetik asal gitarnya.
"Deketin lagi lah." Leo fokus ke waffle nya.
"Dia nya ngejauhin gua, kayaknya. Liat nih." Brian melempar hpnya ke sofa di dekat Leo.
Cowok yang asyik makan waffle itu berjalan santai menuju sofa.
"Bro, gua seneng banget pas sd rambut lu kayak gini. Lu cocok jadi 'dumb and dumber' sumpah demi apapun gua ga boong yan gua ga boong muka lu kea orang bego yan.."
"Eh si bang..."
"Bang ganteng kan uuu tayank.." Leo mecubit pipi Brian. Emesh emesh.
"Yo udah tau rasanya di berakin belom?"
"Yak lu tau aja gua mau berak."
"Yo sumpah yo serius. Liat nih dia gimana ke gua." Brian membanting hp nya kesal.
"Lu udah nanya ke dia, dia kenapa?"
"Ya baca aja." Brian mengangkat bahunya ga peduli. Padahal sebenernya dia peduli banget.
"Yaudah kalo dia ga jawab, lu tinggal nanya temen deket nya aja selesai kan. Lu kayak gatau cewek aja." Leo kembali berjalan menuju kesayangannya a.k.a waffle.
"Bener juga. Eh,"
"Ha?"
"Kamu pinter yank."
"Enggak cocok yan kalo lu yang gitu gua mau muntah."
***
Anna mengecek hp nya.
Kemudian me-lock kembali.
Mengecek lagi.
Me-lock kembali.
Ngecek.
Lock.
Cek.
Lock.
Cek.
Lock.
"Yaelah gini aja gue sampe mampus. Sampis."
Hp nya bergetar.
Brian: Aaan
Mampus Brian!!!!! Mampus gila gila gila gila eh gila? Alah Deva udah gone udah ilang Brian balik. Eh kampret gua seneng. Eh woi jangan seneng dulu woi ini orang kenapa dateng lagi woi gila gila.
"Ayo dong vi angkat vi angkat.."
"Haloo kenapaaa aan?"
"Woi gila Brian nge line gue lagi gue harus jawab apaa wooi."
Vio terdiam di seberang telefon. Di kamar nya lebih tepatnya.
Dia tersenyum senang mendengar sahabatnya....ya senang. Vio menghela nafas nya.
Lo mau nangis? Vi ngapain nangis? Disini emang lo yang salah kan punya perasaan buat Brian?
"Act normal aja, an haaahahaha. Gausah lebay entar dia taau."
"Ah gila dah. Okay okay. Bentar ya gue bales duluu."
"Iyaaa."
"Eh yaaa lo besok tungguin gue di gerbang yaa jangan naik bus nya duluu."
"Iyaa annaaa."
"Okaayy."
Anna: kenapa yan?
Brian: besok lo bawa apa ajaa?
Baru saja Anna mau membalas chat Brian, Brian menelfon Anna.
"Mati gua. Udah lah elah bunuh gua sekarang aja."
Anna memgambil ancang ancang sebelum mengangkat telefon.
"Eh Brian, kenapa?"
"Yee tadi kan gua udah nanya, lu besok bawa apa aja?"
"Oh iya haha. Maksud gue kenapa sampe nelfon....gitu.."
"Gapapa enakan ngobrol langsung hee,"
"Ooh gitu yaa hahaa. Besok gue paling bawa tas ransel yang gedee gitu. Eh ya kita berapa hari?"
"Seminggu. Ya engga nyampe si, otw seminggu dah,"
"Iya iya hehee."
"Ehya, gue boleh nanya ga?"
Yah udah dah mati aja gua dia mau nanya apaan nih hmm.
"Nanya apaa?"
"Vio lagi kenapa ya? Lo tau ga dia kenapa?"
Detik itu juga Anna rasanya benar benar pengen mati sekarang. Ketika orang yang kamu tunggu buat ngehubungin karena ada butuhnya aja ...
Anna terdiam. Engga ngejawab pertanyaan Brian.
Gue semakin yakin lo suka sama Vio. Dan udah jelas Vio ngejauhin lo karena Vio tau gue suka sama lo yan, dan Vio sahabat gue. Clear semua nya akhirnya. Tapi kenapa lo care banget sama gue dan ngebuat gue jatuh buat lo yan?
Anna kembali merasakan pusing yang begitu hebat di kepala nya. Anna melempar hpnya ke atas kasur, membiarkan Brian memanggil-manggil namanya hingga hp nya mati karena low battery.
Anna berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya. Yang dimaksud semua nya adalah darah.
-------------------------------------------------------------
HI YOU GUYS!!! MAKASI LHOO YANG UDAH MAU BACA INIII. SUMPAH GUE LUPA PASSWORD WATTPAD GUE GILA GILAA. GUE LUPAA JADI GA GUE LANJUTIN DAAAN BARU GUE LANJUTIN SSKARANGGGG TEPUK TANGAN DOONGGG WOOIIIIIII. OKE GUA BAKAL NGELANJUTIN INI CERITA OKAY ?!?!?!?!??!??!?!??? KEEP READING & VOTE YA GENKS
😗
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E
Teen FictionBuku ini menceritakan tentang beberapa remaja SMA yang saling menyimpan rasa untuk satu sama lain. Awalnya semua berjalan mulus, semulus aspal yang baru dipoles. Tapi seiring berjalan nya waktu, semua nya menjadi serumit kabel earphone kalau kita si...