Chapter 3

52.1K 2.2K 9
                                    

Senin telah tiba. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di kantor. Rose mempersiapkan segala keperluannya untuk bekerja. Dia meletakkan semua di sebuah kotak yang sekarang sudah dipegang dengan erat oleh kedua tangannya.

Dia pergi berangkat bersama dengan Sasha. Mereka berdua berjalan menuju kantor melalui satu lorong di lantai sepuluh yang terhubung langsung dengan kantor tempat mereka bekerja. Bangunan apartemen itu cukup rumit. Ada tiga bangunan besar yang dikaitkan dengan lorong-lorong yang saling-saling terhubung.

Fasilitas itu memang mempermudah akses mereka untuk tiba lebih cepat. Semua itu dibangun oleh CEO itu dengan tujuan efesiensi waktu istirahat yang berkaitan dengan ketepatan waktu datang para pegawai. Semua itu terbukti efektif.

Para pekerja berjalan sangat cepat. Rose merasa kewalahan mengimbanginya.

" Apa kalian biasa seperti ini?"

Tanya Rose dengan berusaha mengimbangi langkah kaki cepat Sasha. Sasha berjalan cepat dan tertawa.

" Kau harus terbiasa dengan semua ini."

Ucap Sasha.

Rose memutar kedua bola matanya. Dia mempersiapkan diri dengan baik dan bangun lebih awal. Dia harus berterima kasih bahwa jam tubuhnya yang masih seperti waktu Manchester. Jika tidak, dia mungkin saja akan bangun kesiangan.

Mereka tiba dari ujung ke ujung lorong hanya dalam waktu dua menit. Kotak berisi perlengkapan itu memberi beban lebih. Tumit kakinya terasa sakit. Tiba-tiba Stilletto Salvatore itu menjadi tidak nyaman. Akhirnya mereka tiba di kantor tempat mereka bekerja. Tangannya hampir kesemutan memeluk box itu.

Rose memandang takjub pada ke sekelilingnya. Hampir tidak ada bangunan sebesar ini di Manchester.

Rose mungkin memang wanita yang berasal dari keluarga kaya. Tetapi orang tuanya tidak pernah membawanya untuk berlibur ke salah satupun Negara Bagian di Amerika Serikat. Mereka memilih membawa Rose mengunjungi Negara Eropa lainnya dan beberapa Negara Asia seperti Jepang. Berbeda dengan Clark, Amerika Serikat sudah seperti rumah keduanya.

Rose sangat ingin merapikan pakaiannya tetapi dengan box yang berada diatas kedua tangannya membuat hal itu mustahil. Hari ini dia memutuskan menggunakan atasan kemeja bermotif bunga mawar kecil dipadu dengan rok pensil berwarna hitam. Tak lupa dia memulas bibirnya dengan lipstik berwarna nude dan merias matanya sesuai dengan instruksi yang diajarkan Eric kemarin.

Rose menegakkan tubuhnya dan berusaha berjalan dengan percaya diri. Pandangan para pegawai pria tertuju kepadanya. Gadis bertubuh mungil itu menyita sejenak perhatian para pegawai pria.

Seperti apapun buruk keadaannya, dia tetap tampil menawan dan anggun. Rambut bergelombang berwarna cokelat kemerahan alami, itu adalah warna rambut aslinya. Ditambah, kulitnya yang lebih gelap memberi kesan eksotis pada wajahnya.

Dia seperti seorang dewi. Bahkan ketika dia menoleh ke arah lain adalah sebuah pemandangan yang indah. Rambut tebal berkilau itu mengikuti setiap gerakannya.

Setelah tiba di perusahaan, Sasha mengantarnya menuju keruangan dimana seharusnya dia berada. Mereka berada dalam divisi yang berbeda membuatnya otomatis memiliki ruangan yang juga berbeda.  Dia dilantai lima sedangkan Sasha berada satu tingkat di atasnya.

Sasha hanya mengantarnya sampai di bibir pintu. Pandangan kini berada pada dirinya. Dia berdiri bergantian menatap semua orang yang akan menjadi relasinya selama satu tahun penuh ke depan. Ya perusahaan memberinya kontrak satu tahun sebagai percobaan.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang