Chapter 22

25.8K 1.2K 92
                                    

Flashback.

Alexander berada di London untuk menghadiri sebuah acara makan malam amal. Sosok Pria yang terkenal amat sangat dingin dengan nama yang  sangat terkenal sebagai salah satu dari Sepuluh Pria Muda terkaya di Amerika Serikat ini menghadiri acara tersebut dengan Victoria yang merupakan tunangannya. Victoria adalah Putri seorang pengusaha Rusia yang sangat kaya raya dan dia adalah wanita kharismatik yang sangat disegani.

Dalam pesta mereka adalah highlight. Seolah Pesta tersebut adalah milik mereka merdua. Siapa yang tak kenal Alexander Benjamin Thorn dan semua mengenal Victoria Kuykorva. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa sepasang kekasih yang selalu terlihat bersama dimanapun adalah sepasang love bird yang sempurna.

Victoria seperti seekor burung merak dengan bulu yang sangat mempesona begitupun Alexander yang tidak diragukan bahwa dia adalah seorang womanizer pemikat wanita hanya dengan satu kerlingan mata. Hampir seluruh wanita akan bertekuk lutut dan memohon hanya untuk bisa menghabiskan satu malam bersamanya. Namun dibalik semua kesempurnaan itu tidak pernah ada yang tahu bahwa Alexander tidak sekalipun pernah mencintai Wanita itu. Baginya, jatuh cinta hanyalah sebuah opsi yang pilihan. Opsi sekunder yang tanpanya, kita bisa tetap hidup dengan baik.

Dia memilih untuk tidak pernah mengenal apa yang dinamakan cinta.

Alasan utamanya menjadikan bertunangan dengannya adalah masalah bisnis. Ayahnya adalah pemilik sebuah pabrik kendaraan bermotor besar di Negaranya dan merupakan salah satu konsumennya yang loyal.

Hari itu adalah malam yang indah. Salju mulai berjatuhan di setiap sudut kota London. Suhu menurun drastis namun tidak menghalangi jamuan untuk tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Malam itu Alexander menjadi penyumbang amal terbesar sebagai bentuk rasa pedulinya terhadap anak-anak kelaparan yang berada di Afrika. Semua itu mengejutkan seluruh undangan yang hadir. Alexander dikenal bertangan besi. Dia bukan seorang laki-laki yang akan dengan mudah berbelas kasihan pada orang lain namun keloyalannya menjadi buah bibir dan itu membuat para wanita semakin mengaguminya.

Victoria menggandeng tangan Alexander dengan posesif sembari melempar setiap tatapan sinisnya yang khas pada Para Wanita yang sedang mencuri pandang pada Prianya. Dia menggandengnya berjalan dengan rasa bangga. Mereka berjalan menuju lantai dansa yang berada di tengah ruangan besar itu. Dia mengalungkan tangannya pada pundak Alexander dan mulai berdansa. Senyum angkuhnya, sikap overeaksinya dan semua hal yang sudah di lakukan untuk membuatnya terlihat sebagai milik Victoria membuatnya merasa kesal.

" Vic, tentang apa ini semua?"

Tanyanya memandang tajam.

Wanita berambut pirang yang di sanggul itu memandang ke salah satu sisi dimana dua orang perempuan muda sedang berbisik menatap mereka berdansa. Dia memasang wajah sinis menatap mereka kemudian berganti menatap Pria yang punya tatapan luar biasa dingin itu.

" Mereka membuatku kesal."

" ........ haruskah aku memberinya pelajarannya?"

Ucapnya penuh nada ancaman.

Tatapan liar yang mengancam itu tidak membuat Para Wanita lain menjadi goyah. Mereka tetap pada kegiatan menyegarkan mata memandang Pria itu. Victoria yang semakin gusar itu menjadi semakin agresif. Dia mendaratkan ciuman dan sesapan yang ganas seperti saat mereka sedang di ranjang.

Hal itu semakin mengganggunya.

" Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"

Ucapnya membentak.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang