Rose terbangun sebelum alarm berbunyi. Disebelahnya, Alexander masih tertidur lelap dengan berselimutkan selimut berbahan bulu yang merupakan kesayangannya. Matahari masih mengintip dari ujung timur tetapi seperti cuaca tidak akan sebaik hari kemarin. Mendung datang dari sudut langit bagian lainnya. Siang ini mungkin akan turun hujan.
Rose menyeduh kopi, memasak roti lapis sederhana yang hanya berisi telur, daging asap, tomat dan selada, menyiapkan makanan untuk Alexander karena ia berencana untuk pergi ke kantor terlebih dahulu.
Setelah semua selesai, dia bergegas pergi ke kamar mandi. Sebelum itu dia terlebih dahulu menyiapkan pakaian yang akan di gunakan. Rose lebih memilih menggunakan celana kain pencil panjang berwarna gelap yang senada dengan jasnya.
" Apa yang kau lakukan di pagi hari seperti ini?"
Pria itu terbangun mendengar suara gaduh yang Rose hasilkan padahal dia sudah sangat berhati-hati.
Alexander memandang jam dinding dan waktu menunjukkan bahwa ini masih jam 7 pagi. Dia kembali memandang Gadisnya yang kini duduk di depan meja rias. Rose mengikat rambutnya sebagai sentuhan terakhir kegiatan menyiapkan diri kemudian memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam tas kerjanya.
Namun tidak seperti biasanya, tidak ada rengekan, pencegahan dan sedikit drama di pagi hari. Hal itu membuatnya terheran-heran namun tidak berniat untuk di utarakan.
Alexander memejamkan mata memilih kembali tertidur. Dia masih merasakan kelelahan akibat mengemudi semalaman. Namun, penyebab utamanya sebenarnya adalah dia merasa kesal Rose meninggalkannya sangat pagi seperti ini. Di tambah, ada sesuatu yang memang harus dia lakukan tanpanya hari ini.
Jadi dia memutuskan untuk tidak mencegahnya seperti biasa.
Rose mendekatinya, melirik ke arah ekspresi wajahnya. Dia benar-benar seperti bayi besar yang tertidur. Jika boleh di katakan dia sebenarnya merasa sedikit kecewa. Rose mulai terbiasa dengan sikap posesifnya.
Dia mencium kening Pria itu sebelum pergi dan berlalu tanpa balasan ciuman lainnya.
Lagi-lagi itu membuatnya sedikit merasa kecewa.
" Aku berangkat."
Bisiknya sebelum pergi ke kantor.
*
Tidak lama setelah Rose melangkahkan kaki menuju kantor, Alexander membuka matanya. Sepasang mata yang berusaha terpejam namun berakhir sia-sia. Tubuhnya masih lelah namun sepasang mata itu sudah terlanjur membuka sejak tadi.
Dia menarik tubuhnya dan meraih ponsel di nakas yang letaknya di samping tempat tidur. Setengah badannya masih tertutup selimut. Dia melirik ke sekelilingnya dan menemukan Air Conditioner yang mati. Dia menghela nafas panjang tentu saja itulah penyebab sebenarnya dia tidak bisa memejamkan matanya lagi.
Tidak berlama-lama di tempat tidur, dia sudah berada di ruang makan menikmati hidangan yang sudah di persiapkan oleh Rose. Dia menikmati hidangan sederhana itu dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
" Ya hanya setelah Afrika kami akan bersama."
Bicara sendiri.
Dia tahu bahwa dia harus bersabar untuk duduk di meja itu bersama setiap hari.
Dia meraih ponselnya ketika teringat apa yang dia rencanakan hari ini. Tidak ada jadwal rapat terencana dan ponselnya cukup sepi, jadi hari ini adalah hari yang santai. Alexander menekan kontak Max di panggilan cepatnya. Hanya ada tiga nomor dalam panggilan cepatnya. Tidak berapa lama dering itu berhenti berganti dengan suara bawahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPULSIVE BOSS
RomanceRose Elizabeth Nolan adalah gadis cantik dari kalangan menengah keatas yang berasal dari Inggris. Dia diterima bekerja di sebuah perusahaan raksasa bernama Thorn Company yang berada di Newyork dan memutuskan untuk pindah ke Amerika demi mengejar cit...