Chapter 30

17K 979 42
                                    

Alexander menghentikan niatnya untuk berkelahi.  Ciuman itu membuat kemarahannya teralihkan dan berhasil membuatnya pergi dari tempat itu dengan segera. Bukan hal yang mudah untuk mengubur emosinya tetapi jika itu ciuman dari kekasihnya, semua menjadi hal yang berbeda.

" Aku senang kau bisa menahan emosimu itu."

Ucapnya dalam perjalanan.

Mereka membeli dua porsi burger untuk di bawa dalam perjalanan walaupun sebenarnya porsinya tidak akan cukup menahan rasa lapar itu lebih lama. Namun perjalanan memang tidak akan terlalu lama, mereka akan makan yang sebenarnya setelah mereka tiba nanti.

" Rasanya cukup enak."

Ucap Alexander ketika Gadis itu menyuapi Burger.

" Apa kau serius tidak pernah memakan makanan seperti ini?"

Menjawab dengan pertanyaan lain.

Alexander terkekeh.

" Tentu saja pernah tapi itu sudah lama dan aku lupa bagaimana rasanya."

Terdiam sejenak.

Rose hanya tersenyum kecil dan kembali menyuapinya.

" Apa itu terdengar kurang seksi untukmu?"

Tanya Alexander.

Gadis itu mengenyitkan dahinya.

" Seksi?"

Dia seperti kebingungan namun tertawa setelah menyadarinya.

" Ya Pria cenderung menyukai makanan seperti ini tetapi tidak denganku."

Balasnya serius.

Dia menatap lurus ke arah jalan bebas hambatan.

" Ya itu seksi untukku."

Ucapnya.

" Sama seksinya dengan Pria berotot kekar dan berkulit cokelat keemasan."

Melanjutkan dengan terkekeh.

Alexander meliriknya dengan tajam.

" Kulit cokelat keemasan?"

Matanya seketika mendelik.

Dia menatap kedua tangannya lalu menghela nafas panjang.

" Apa aku harus berjemur untuk menggelapkan kulitku?"

Dia menjadi kesal pada kulit pucatnya.

*

Melewati jalanan lebar, pemandangan memang sangat indah disepanjang perjalanan. Memasuki desa yang cukup terpencil namun tampak sejuk dan tenang. Hanya ada beberapa rumah kayu dengan ukuran pekarangan yang cukup besar. Menuju rumah tersebut melewati beberapa perempatan yang tidak sempat untuk di hitung. Jalanan tampak sepi dengan mobil truk dengan bak besar dibelakang. Ciri khas pedesaan Amerika Serikat.

Begitupun rumah yang berada dihadapannya ini. Jauh berbeda dengan tempat tinggal Alexander yang sangat modern dan masa kini. Gayanya masih kuno. Kuno dalam artian yang bagus. Halamannya sangat besar. Mungkin yang paling besar diantara rumah yang sempat mereka lewati semua.

Alexander mengembangkan senyumnya sejak tadi. Bibir tipis itu meregang lebar dengan alis tebal yang tajam, walaupun seperti itu tetap saja dia terlihat dingin. Sepertinya cukup susah untuk menghilangkan image 'dingin' dari dirinya.

Di depan pintu masuk rumah seorang wanita tua dengan cardigan rajut dan syal di lehernya sudah menunggu. Wanita yang sejak tadi sudah menunggu kedatangannya dan tersenyum bahagia menatap mobil yang di kenalnya sedangkan di sisi lain Rose masih terlihat bingung.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang