Chapter 18

28.7K 1.5K 83
                                        

Mereka berada di dalam Museum. Dia mengagumi Pelukis dari Abad Reinaissance tersebut. Museum yang lokasinya berada di Desa Fodele, sebelah barat Kota Heraklion. Rose memandang takjub dengan lukisan-lukisan itu hingga tidak mempedulikan sekitarnya. Santiago kehilangan fokusnya pada lukisan-lukisan itu. Dia lebih banyak memperhatikan Gadis yang berpindah tempat setiap lima belas menit sekali dari satu lukisan ke lukisan lain. Gadis yang sudah terlalu hanyut pada kegemarannya sendiri. Biasanya orang yang berkunjung hanya menghabiskan tidak lebih dari dua puluh menit tetapi dia sudah satu jam berdiri di depan lukisan Saint Peter.

" Apa yang membuatmu begitu tertarik dengan lukisan?"

Tanya Santiago.

" Entahlah aku hanya menyukainya saja."

" Setiap lukisan mempunyai makna."

Jawabnya tanpa melirik ke arah Pria itu.

Mereka melanjutkan tur di Museum yang berukuran kecil itu. Setelahnya mereka pergi keluar bangunan tersebut. Mengunjungi Museum hari ini cukup menyenangkan untuknya walaupun tidak sesuai ekspektasi awal karena ukurannya yang cukup kecil namun lumayan informatif. Rasa penasarannya pada El Greco dan sebagian karyanya akhirnya terbayar sudah.

" Apa kau ingin berkeliling?"

" Ku dengar pedesaan disini sangat indah."

Ucap Santiago menawarkan.

Desa di sekitar tempat ini memang sangat asri dengan kebun buah-buahan yang indah.

Rose terlihat sedang memikirkan sesuatu. Dia menimbang-nimbang ajakan Pria itu. Pikirannya masih tersita pada mantan tunangan dan Alexander tentunya. Dia mencoba menghubunginya sejak tadi tetapi tidak ada satu jawaban pun.

Gadis itu menghela nafas panjang. Dia tahu mungkin sudah membuat kesalahan dengan menerima ajakan dari Santiago tetapi satu hal yang dia pertanyakan, sejauh mana kapasitas Alexander untuk marah dan melarangnya?

Kami bahkan belum meresmikan hubungan kami.

Gumamnya merasa kesal.

Pria itu tidak bisa marah akan hal ini karena niatnya pergi bersama Santiago hanyalah sebagai teman yang memiliki kegemaran sama. Setidaknya seperti itu yang dia pikir walaupun jika di lihat dari sudut pandang Santiago, dia jelas punya motif berbeda.

Mereka berjalan menuju parkir mobil yang melewati sebuah jalan raya. Jalan raya yang tidak terlalu besar. Dia menyeberang tanpa melihat ke dua sisi jalan.

Satu buah van berwarna hitam terparkir rapi di Parkir mobil Museum. Di dalamnya terdapat dua orang laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam. Satunya memiliki kulit sedikit gelap dengan rambut abu-abu dengan usia kira-kira tiga puluh tahunan. Satunya lagi bertubuh lebih besar dan tidak mempunyai rambut. Mereka mengawasi gerak-gerik Gadis yang sedang menyeberang tak jauh dari tempat mereka sekarang. Menyadari bahwa inilah waktunya, mereka menghidupkan starter mobil dan memacu kendaraan dalam kecepatan tinggi sejak awal. Mobil itu menuju ke arah Gadis yang menyeberang tanpa melihat arah kanan dan kirinya. Bukannya memperlambat, mereka menambah kecepatannya hingga suara deruan mesin membuat Rose tersadar dan berhenti di tengah jalan.

Dia memandang ke arah mobil van itu tanpa satu kedipan mata. Tubuhnya kaku dan tak mampu melangkah lagi. Dia diam seperti patung dengan dua bola mata yang hampir lepas dari kelopaknya. Gadis itu benar-benar sangat shock dan tak mampu untuk menghindar.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang