Chapter 36

11K 721 34
                                    

Rose memutuskan untuk menggunakan Bussiness Class dalam penerbangan kembali ke New York, memastikan perjalanan cukup nyaman dan aman. Disamping itu, kepulangan yang mendadak seperti memaksanya untuk membeli tiket pesawat bisnis yang harganya hampir tiga kali lipat dari harga tiket kelas ekonomi.

Perjalanan menghabiskan waktu 15 jam 33 menit sesuai dengan keterangan yang tertera di tiket pesawat. Waktu yang cukup lama dan sangat membosankan menunggu selama itu. Dia berangkat jam 5 lewat 40 menit waktu New York dini hari dan akan tiba kurang lebih jam 10 malam.

Rose memperkirakan tunangannya sudah berada di apartemen saat jam tersebut, jadi dia berpikir bagaimana cara memberinya kejutan.

Dia belum memberitahu Pria itu tentang kehamilannya. Baginya kabar penting semacam ini harus di beritahukan langsung. Beruntung akhirnya dia menemukan bagaimana cara memberi Pria itu kejutan.

Malam ini adalah waktu yang tepat.

*
Hari sudah semakin sore.

Mood Alexander sedang buruk. Alisnya menekuk sejak tadi dan hal ini di sebabkan karena Rose yang tidak bisa di hubungi sejak pagi. Dia benar-benar khawatir padanya.

Pria itu sudah tampak rapi dengan setelan tuksedo putihnya, warna yang berbanding terbalik dengan mood kelabunya. Dia berniat menghubungi David namun mengurungkan kembali niat itu ketika mengingat apa yang sudah di katakan oleh Gadisnya.

Undangan resmi acara Organisasi Amal Non Profit di mulai jam 7 malam. Keterlambatan biasanya maksimal lima menit dari jam yang tertera pada lembaran kertas undangan. Panitia sangat profesional jadi datang terlambat bukan hal yang bijak.

Waktu sudah menunjukkan jam 6 sore dan acara satu jam lagi akan di mulai. Dia sudah bersiap sejak jam lima sore namun berusaha mengendalikan mood untuk datang kesana adalah hal yang susah. Dengan susahnya Rose di hubungi, dia berniat membatalkan di detik terakhir namun niat itu di batalkan mengingat dia adalah undangan eksklusif yang mewakili wajah perusahaan.

Jadi dia memberikan waktu lima belas menit lagi untuk memperbaiki mood nya. Dia meminum satu gelas Vodka sebelum akhirnya mengangkat tubuhnya, mengancingkan jas bagian bawah lalu berjalan menuju pintu lift.

Vodka itu sedikit membantu.

Alexander melirik jam tangan dan mulai menghitung.

" Sial ini sudah sebelas jam."

Menggerutu kesal.

" Ada apa sebenarnya?"

Berdecak sekali.

Max yang sudah dengan setelan rapi menunggunya di lobi dimana dia berada kini.

" Waktunya berangkat Tuan."

Kata Pria itu.

Dia menghela nafas dan entah kenapa tubuh ini terasa berat untuk berangkat. Tiba-tiba ada firasat buruk yang dia rasakan dan membuat mood nya justru semakin kacau.

" Okay kita berangkat sekarang."

Dia mengangkat kakinya yang berat dengan paksa, membutuhkan keinginan yang dua kali lebih kuat untuk bisa berjalan secepat itu.

Jantungnya berdebar cepat dan nafasnya seolah tercekat. Baginya, itu seperti sebuah pertanda tidak baik.

Dia menghentikan langkah sebentar dan memutuskan untuk duduk di sofa hitam yang letaknya dekat dengan pintu lobi. Sejenak, dia melonggarkan pakaian dengan membuka kancing bagian atasnya dan berkali-kali menghela nafas.

Apa kau baik-baik saja?

Gumamnya khawatir.

Dia tidak pernah sekhawatir ini dalam hidupnya.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang