Chapter 12

38.1K 2K 25
                                    

Rose terbangun dari tidurnya. Baginya semalam adalah tidur berkualitas terbaik yang dia dapat setelah lembur beberapa hari belakangan ini. Dia meregangkan tubuhnya dengan memberikan senyuman untuk mengawali hari yang sangat cerah. Sinar matahari yang mengintip lewat jendela meyakinkannya. Entah sudah jam berapa saat ini dia tidak terlalu mempedulikannya. Dia melirik ke arah sebelah mencari keberadaan Pria yang sudah menghabiskan sepanjang malam dengannya. Semalam selalu mengagumkan seperti biasanya.

Pasti dia sudah bangun.

Gumamnya ketika tidak mendapati keberadaan pria itu.

Menguap sekali kemudian menggunakan pakaian sama yang masih berserakan di lantai. Tidak ada pengganti dan senang tidak senang terpaksa harus menggunakan pakaian itu lagi. Dia benci harus menggunakan pakaian yang sama tetapi tidak ada pilihan lain dan dengan semua perlengkapan yang tertinggal, apa yang bisa dia lakukan?

Dia duduk di sebuah meja yang menyerupai meja rias dengan kaca yang berada di hadapannya. Satu hal yang membuatnya merasa heran adalah satu unit lengkap perawatan wajah perempuan terbaik yang selalu ibunya gunakan. Bukan karena nilainya yang menyentuh angka ribuan dolar tetapi lebih kepada eksistensinya di jet pribadi milik seorang pria. Hal itu membawanya pada kesimpulan dan kecurigaan bahwa mungkin saja Alexander memang menyiapkannya untuk setiap wanita yang dia bawa terbang bersamanya. Semua itu membuatnya mual. Dia memutuskan untuk pergi saja ke cabin pesawat karena prasangka itu membuatnya merasa kesal.


" Ah Nona Kaya Raya sudah bangun rupanya."

Ucap Alexander menatap Wanita yang keluar dari pintu kamar.

Dia duduk dengan melipat kakinya menggunakan setelan rapi yang sudah berbeda dengan semalam. Percayalah itu adalah usaha terbaiknya untuk bersikap wajar pada seorang wanita walaupun sebenarnya jika di lihat dalam kacamata normal semua itu masih jauh dari kata 'wajar'.

Dia tidak benar-benar tahu perbedaan antara mengucapkan selamat pagi dengan sarkasme.

" Apa seperti itu caramu menyapa seseorang di pagi hari, huh?"

Balasnya dengan setengah menyindir.

Pria itu tidak berniat memberikan balasan. Baginya dia sudah berusaha untuk terdengar ramah dengan menyapa lebih dulu tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Dia hanya menghela nafas panjang.

Sebenarnya bagaimana cara bersikap ramah pada seorang wanita?

Memikirkan tentang kata-kata tadi.

Dimana letak kesalahannya?

Karena enggan berkonfrontasi di pagi hari yang cerah ini dia memutuskan menghentikan eye contact dengan wanita yang menatapnya sinis. Wanita itu memilih duduk di tempat yang sama seperti semalam dimana pramugari yang ternyata bernama Yolanda sesuai tag namanya menghampirinya. Dia memandang wajah ramah keibuan pramugari itu dan membuatnya merasa berdosa karena pernah berpikir bahwa mungkin saja Alexander mempunyai kecenderungan seksual yang berbeda karena menyukai wanita yang usianya jauh lebih tua. Sekretaris dan Pramugari yang berusia setengah baya, apakah semua itu cukup untuk membuatnya seseorang merasa merasa curiga?

" Ada request untuk sarapan, Nona?"

Ucapnya menunggu di sisi pinggir kursi pesawat.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang