Alexander pergi menuju apartement dengan berjalan sempoyongan. Pikirannya hanya tertuju pada wanita yang sekarang berusaha dia kejar agar tidak kehilangan jejaknya. Kepalanya semakin terasa sakit. Obat sudah ada di atas meja kerja tapi dia tidak meminumnya karena terburu-buru. Tekanan pada pikirannya membuat kepalanya semakin terasa sakit. Setelah meminta nomor kamarnya pada Brenda tadi dia akhirnya memutuskan berjalan dengan kepala yang terus memutar. Perjalanan menjadi penuh perjuangan dengan rasa sakit yang semakin intens. Akhirnya dengan penuh perjuangan dia tiba di depan apartement dengan nomor yang di katakan Brenda tadi. Dia mengetuknya dengan kuat dan sangat berisik. Satu tangannya mengurut-urut kepalanya. Lamanya respon dari dalam membuatnya curiga bahwa Rose sudah pergi tetapi ketika melirik jam tangan mahalnya secara logika tidak mungkin dia menyelesaikan dengan singkat acara berkemas-kemas itu. Dia tetap menunggu dan mengetuk berulang-ulang dengan kasar. Kepalanya semakin tidak bisa di ajak kompromi.
Rose mendengar suara berisik dari luar. Dia tahu itu adalah kurir kargo yang sudah di tunggu sejak tadi kedatangannya. Dia sudah berganti pakaian dengan setelan kasual yaitu celana pendek dan atasan kaos berwarna hitam dengan rambut panjang yang terikat kuncir kuda. Dia membuka dengan santai dengan perasaan datar tanpa rasa curiga siapa yang berada di balik pintu itu. Dia bahkan tidak mengintip dari balik lubang kecil tembus pandang yang memang di fungsikan untuk mengintip.
Ceklek.
Pintu terbuka membuat Alexander merasa sangat lega bahwa Rose belum pergi dari apartement. Wajahnya yang lega namun pucat kini menatap Rose yang sudah berdiri memberi ekspresi sangat terkejut. Sakitnya semakin kuat hingga penglihatannya pada wanita itu berangsur-angsur memburuk. Rose terlihat samar lalu menghilang sedikit demi sedikit dan berubah menjadi hitam hanya dalam hitungan detik.
" Rose."
Ucapnya lemah kemudian terjatuh.
Rose yang melihatnya terjatuh menangkapnya dengan sigap. Dia berusaha keras menguatkan tubuhnya untuk tetap berdiri menopang tubuh berat Alexander yang berada dalam dekapannya.
" Al!"
Teriaknya berusaha membangunkan CEO itu.
Dia semakin histeris dan panik ketika tidak ada jawaban dari pria itu di tambah tubuhnya yang semakin memberat membuatnya yakin bahwa dia sudah tidak sadarkan diri. Rose berusaha menariknya dengan sekuat tenaga membawanya menuju kamar miliknya yang sudah kosong saat ini. Beruntung dia belum merapikan tempat tidurnya.
Dengan usaha yang besar dan membutuhkan waktu akhirnya dia berhasil membawa Alexander dan menidurkannya di tempat tidurnya. Dia melepas dasi, membuka tiga kancing kemeja bagian atas dan sepatu serta kaos kakinya. Wajahnya yang pucat membuatnya ketakutan. Dia masih mengingat dengan sangat jelas bagaimana miripnya wajah itu seperti di rumah sakit beberapa bulan silam.
Perasaannya berdebar sejak tadi.
Dia akhirnya memutuskan menghubungi 911 dalam keadaan panik. Hal yang dia ingat jika ada keadaan emergency yang dia pelajari melalui salah satu situs web jika pergi ke Amerika. Dia beruntung masih bisa mengingat hal-hal dalam keadaan panik.
Sasha berjalan cepat menuju apartemennya. Gosip adalah gosip yang cepat menyebar seperti Virus Influenza. Dia ingin sebuah penjelasan karena belum genap satu bulan dan dia akan merasa kecewa jika harus kehilangan teman sekamarnya.
Dia berjalan cepat mendapati pintu yang sudah terbuka. Dia berharap itu hanyalah rumor murahan yang di sebarkan oleh mulut-mulut tanpa filter. Sasha sepenuhnya yakin bahwa itu hanya omong kosong saja. Tetapi setelah memasuki kamarnya dengan langkah cepat, pikirannya berubah. Begitu banyak tumpukan kotak. Dia menghela nafas panjang membohongi diri sendiri bahwa keadaan tidak seperti yang baru saja dia dengar walaupun hati kecilnya berkata bahwa semua itu berbanding terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPULSIVE BOSS
Lãng mạnRose Elizabeth Nolan adalah gadis cantik dari kalangan menengah keatas yang berasal dari Inggris. Dia diterima bekerja di sebuah perusahaan raksasa bernama Thorn Company yang berada di Newyork dan memutuskan untuk pindah ke Amerika demi mengejar cit...