Chapter 41

16.8K 783 65
                                    

" Mommy!"

Teriak kencang Kasey membuyarkan pandangan itu.

Dia meraih putrinya yang berlari kencang ke arahnya dengan memeluk sepasang boneka Minnie Mouse di tangannya. Dia tersenyum senang dengan sisa-sisa ice cream cokelat yang berada di sudut bibirnya.

" Kasey, baik-baik saja?"

Bertanya dengan bibir gemetar.

Dia memeriksa putrinya dan tidak menemukan apapun yang mencurigakan. Putrinya justru terlihat sangat senang dan riang. Dia kini bisa bernafas lega namun ketika pandangannya terpaku pada sosok Pria tinggi dengan wajah dingin yang kini sedang menatapnya, ternyata kelegaan itu hanya sementara.

Wajahnya menegang.

Dia bisa merasakan rahangnya kaku, Kakinya lemas seperti tidak lagi sanggup untuk berdiri. Seluruh tenaganya seperti terkuras habis bersama dengan emosinya, jantungnya berdebar tak beraturan.

Mereka saling beradu tatap.

Pria yang bediri tepat di belakang Kasey kini berjalan mendekatinya dengan langkah pelan. Dia menatapnya dengan kesenduan, penuh kerinduan yang tertahan sekian lama. Diapun tak percaya bahwa wanita yang dia cari selama ini kini berada di hadapannya.

Coat panjang berwarna cokelat itu sangat pantas untuknya. Pakaian yang selalu rapi dan berkelas, rambut gelapnya sekarang sedikit tidak beraturan dan wajahnya, wajahnya tetap sama.

Dia, Alexander yang sama seperti tiga tahun yang lalu.

Rose berusaha mengatur nafasnya. Dia menarik dalam-dalam semua oksigen yang berada di sekeliling tempatnya berdiri, dia bahkan menepuk-nepuk dadanya yang sesak akibat debaran hebat pada jantungnya. Dia berusaha untuk menguatkan dirinya untuk berdiri, menyakinkan diri untuk terlihat kuat walaupun pada kenyataannya, kehadiran pria itu membuatnya tubuhnya seperti akan terjatuh.

Dia harus menguatkan diri dan membuat semua terlihat normal dan baik-baik saja, menyembunyikan perasaan senang dan sekaligus kecewa yang di rasakan olehnya.

Alexander masih menatapnya, tatapan dari sepasang bola mata biru dengan sorot mata penuh kerinduan. Hal pertama yang sangat ingin dia lakukan hanyalah berlari, memeluknya bahkan menyeretnya kembali ke New York detik ini juga.

Namun ekspresi wajah kaku Rose membuat langkahnya terbebani. Dia sadar wanita itu masih menyimpan perasaan kecewa. Sorot matanya yang sendu membuat langkah kakiny terhenti, perasaan kecewa yang dia lihat dari sepasang mata indah itu memberikan sebuah pemikiran bahwa dia harus menerima kenyataan.

Kenyataan bahwa keadaan sudah berbeda.

Dia berusaha menahan diri dengan hati ketakutan.

Akankah ini menjadi pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhir kami?

Sebuah pertanyaan menakutkan tiba-tiba terlintas dalam pikirannya.

Mereka masih saling memandang, masih saling menatap dalam-dalam satu sama lain.
Tidak ada sepatah katapun terucap. Mereka membiarkan mata mereka memandang dengan puas setelah sekian lama.

" Kasey!"

Teriak Clark dari dalam mobil.

Lucy mengambil alih kemudi ketika Clark tiba-tiba saja turun di tengah jalan. Dia benar-benar sangat khawatir. Matanya terfokus pada Kasey pada awalnya namun berakhir tak percaya menatap siapa yang berada di hadapannya sekarang.

" Uncle Clark!"

Teriak Kasey ketika melihat kehadiran Clark.

Gadis itu benar-benar sangat merindukan Pamannya.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang