Chapter 25

15.5K 907 64
                                    

Flashback

Esok harinya Alexander membawanya pergi menuju London Eyes yang merupakan salah satu ikon Kota London itu sendiri. Mereka merekam semua itu tepat di ponsel milik Gadis itu. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan untuk mereka berdua.

Sudah hampir satu bulan berlalu. Rose menjadi susah di ajak pergi dan selalu menolak jika di ajak olehnya. Dia bukan sedang menghindar namun lebih tepatnya di sibukan oleh Tugas Akhir yang menuntut untuk diselesaikan. Demi gelar Cum Laudenya, ia harus segera merampungkan seluruhnya. Dia mencoba untuk berkonsentrasi tinggi dengan satu tujuannya kali ini dan menyingkirkan Alexander untuk sementara dari pikirannya walaupun sebenarnya usahanya kurang berhasil. Pria itu tetap saja melintas di pikirannya.

Alexander menghubunginya untuk mengajaknya sekadar minum kopi, mengirimkannya kue kesukaannya dan makanan cepat saji. namun dengan berbagai alasan dia menolaknya. Hari-hari berikutnya justru lebih parah karena ponsel sudah bukan prioritas utamanya lagi. Perpustakaan, laptop dan setumpuk buku yang harus di baca bahkan jauh lebih penting dari makan pagi dan malamnya. Rose kelelahan secara fisik dan mental namun obsesi membuatnya tetap pada jalur walaupun tubuhnya kini semakin mengurus dan kulitnya kering karena dehidrasi.

Bagi Alexander penolakan merupakan hal yang sangat tidak bisa di terima dan justru membuatnya merasa tersinggung dan marah. Namun Entah mengapa pada Rose dia berkompromi begitu saja mencoba mengerti dengan keadaannya dan tetap menunggunya.

Dia tidak kehilangan perasaan. Perasaannya justru hadir semakin kuat. Dia menyewa seseorang untuk mengawasi Gadis itu dan menerima laporan darinya hampir setiap jam.
Alexander kembali ke keadaan semula, mengurung diri di kamar dengan minuman keras yang tak terhitung lagi jumlah botolnya. Dia meratapi bagaimana kecanduan dirinya terhadap wanita itu hingga bahkan obat-obatan tidak mampu menenangkan dirinya. Dia sempat berpikir bahwa bisa saja Gadis itu memang menghindar darinya namun ada sedikit perasaan tidak percaya, semakin dia mencoba untuk melupakannya semakin dia mengingatnya. Percayalah dia mencoba apapun yang ada dalam pikirannya.

Meminum alkohol, mengundang striptease dan pelacur tetapi tidak menghasilkan apa-apa.

Sudah satu bulan sejak kencan pertama mereka dan hari ini adalah hari kelulusan Rose.

Universitas Oxford di penuhi suka cita. Wajah mereka yang hadir begitu sangat gembira tidak terkecuali. Rose memasang senyum gembira sejak tadi. Teman-teman memberinya selamat satu per satu atas predikat terbaik yang telah di raihnya. Tetapi yang lebih menggembirakan untuknya adalah kehadiran Kakek dan Neneknya yang datang  langsung dari Irlandia untuk menghadiri acara kelulusannya. Dia melambaikan tangan di kursi tempatnya duduk sekarang. Mereka memang duduk di kursi yang berbeda.
Clark pun menyempatkan diri untuk datang di tengah kesibukannya yang padat.

Mereka duduk di bangku yang sudah disediakan sesuai nomor yang tertera di undangan.

Rose kini sedang berada di belakang panggung.

" Aku benar-benar sangat gugup."

Ucapnya pada Lucy.

Wajahnya terlihat cemas dan perutnya terasa mulas. Dia menggenggam kertas yang berisi pidato yang sudah dia susun semalam.

" Kau pasti bisa, yakinlah!"

Ucap Lucy memberi semangat.

Dia merasa agak tenang.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang