Mereka berada di dalam mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan rata-rata. Alexander punya kegemaran dalam mengoleksi benda mewah berwarna hitam. Royce ini, beberapa mobil terbaru yang juga di dominasi hitam di tambah satu Yacht berwarna hitam yang dia beli bersama The Ox. Hampir rata-rata berwarna hitam. Semua itu juga berlaku dengan isi dari Walk In Closet miliknya.
Martin terus menerus mengalihkan pandangannya ke spion tengah mobil. Bukan hanya Rose yang memiliki pikiran kacau, Martin bahkan hampir mati menahan perasaan ingin bertanya.
Mereka berdua kebingungan menjawab tentang pertanyaan Pria itu.
" Kau tahu Tuan dunia itu sangat sempit ."
Balas Rose dengan tatapan menyuruh Martin untuk tidak mengucapkan satu patah kalimat sama sekali.
Rose melempar pandangan mata ke sepanjang jalan menuju apartement milik Pria itu sesuai perintah Alexander pada Martin. Belum ada yang berubah dari dua minggu yang lalu dengan London. Tentu saja karena baru dua minggu yang lalu dia meninggalkan Kota ini dan London masih tempat yang sama seperti sebelumnya. Dia melirik memandang Pria yang sedang sibuk dan serius memainkan ponselnya. Mereka bungkam sejak awal perjalanan tadi dan Rose menikmati waktu sendiri dengan sedikit mengingat kenangan-kenangan mereka ketika masih bersama. Seperti apapun dia mencegahnya, memori itu tiba-tiba saja datang menghantam pikirannya. Walaupun begitu entah apa yang sudah membuatnya lebih kuat, dia sudah jauh lebih tabah dari hari kemarin. Dia tahu semua hal ini harus di hadapi dan sejauh apapun berlari, bumi itu bulat dan semua akan kembali ke titik awal.
Dia perlahan harus berdamai dengan masa lalu mereka dengan mengubur pelan-pelan perasaannya yang dalam pada Pria Tidak Asing Tetapi Asing baginya ini.
Alexander meletakkan ponselnya setelah membaca schedule meeting yang di kirimkan oleh Sekretarisnya di Los Angeles. Dia meletakkannya di saku celana dan duduk tenang menatap langit yang kondisinya cukup cerah hari ini. Dia sudah menduganya karena ramalan yang dia baca lewat website tadi mengatakan hal yang sama.
Dia mencuri pandang sesekali pada wanita yang sedang memandang jalanan dengan kedua tangan yang melipat di depan dada. Hidungnya tampak mancung sempurna dari samping dengan wajah berukuran mungil yang sanggup dia tangkup hanya dengan satu telapak tangan saja.
Dia tersenyum tanpa di sadari ketika bayangan wajah cantik itu memantul di kaca jendela mobil.
" Apa bisa mengantarku lebih dahulu Tuan Thorn?"Pertanyaannya memecah kesunyian.
" Aku sudah menyiapkan satu kamar di sebelah kamarku untukmu."
Balasnya dengan datar.
Dia sudah mengatur semuanya dengan memberi perintah pada Sekretarisnya melalui chat tadi.
Alexander mengatur nafas berusaha menenangkan dirinya. Dia sangat benci jika seseorang menolak keinginannya dan sering bersikap impulsif dengan mengintimidasinya tetapi kali ini dia akan berusaha lebih demokratis membiarkan wanita itu mendapatkan keinginannya sekali-sekali walaupun di lubuk hati kecilnya dia berharap wanita itu memilih untuk ikut bersamanya.
Rose tidak memikirkan tawaran itu terlalu dalam. Dia butuh menyegarkan kepala dan menjauh dari Pria ini beberapa saat mungkin adalah pilihan terbaik.
" Tidak Tuan."
" Aku akan tidur di rumah saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPULSIVE BOSS
RomanceRose Elizabeth Nolan adalah gadis cantik dari kalangan menengah keatas yang berasal dari Inggris. Dia diterima bekerja di sebuah perusahaan raksasa bernama Thorn Company yang berada di Newyork dan memutuskan untuk pindah ke Amerika demi mengejar cit...