Chapter 33

12K 742 22
                                    

" Apa kau takut denganku, Rose?"

Ucapnya kembali.

Wajah menyeringai Santiago kini berubah melembut dan itu membuat Rose merasa sedikit lega walaupun sesuatu hal pasti akan terjadi jika Alexander tiba-tiba datang dan melihatnya sedang bersama Santiago.

" Apa aku boleh membelikanmu secangkir kopi?"

Tanya Santiago sedikit berbisik.

Dia memberikan tatapan penuh harapan. Matanya memerah dan sayu. Dia sedang setengah mabuk yang lebih di dominasi sadar membuat bulu kuduk Rose merinding.

Tatapan itu mengerikan sekaligus menyedihkan.

" Apa kau baik-baik saja?"

Tanyanya khawatir.

Santiago memang terlihat tidak baik-baik saja. Dia berkali-kali memainkan hidungnya seperti ada yang mengganggu membuat hidungnya tidak nyaman.

Apa dia sedang teler?

Gumam Rose dalam hati.

Tatapan tajam itu membuat Santiago memalingkan wajahnya. Dia benci terlihat lemah di depan wanita yang di sukainya. Rasa panas yang membara di dada semakin berkobar melihat cincin dengan batu besar itu.

Dia sudah mengetahuinya hanya saja melihat cincin itu dalam jarak dekat membuat hatinya semakin sakit.

" Why?"

Tanya Santiago.

Pertanyaan yang sangat rancu dan berhasil membuat Gadis itu kebingungan. Pria bersweater hitam itu melangkah maju mendekatinya. Sepasang mata itu kembali menyeringai seperti serigala yang kelaparan. Rose mundur dengan teratur. Dia ketakutan karena tatapan itu begitu gelap.

" Why? Apa maksudmu?"

Tanya Rose.

Dia bertanya dengan nada penuh tanda tanya.

" Kenapa Alexander, Rose?"

Tanyanya tanpa ragu.

Detik berikutnya dia menyadari bahwa dia berada dalam bahaya yang lebih mengerikan.

Pria ini bisa melakukan apapun.

Gadis mundur dengan perlahan namun berakhir dengan tertahan pada dinding yang membuatnya tak bisa melangkah mundur lagi. Dia melirik dengan tergesa-gesa ke sekelilingnya tetapi tidak ada seseorangpun yang melintas. Alexander terus menerus muncul dalam doanya.

" Apa yang kau maksud?"

Tanya Rose dalam keadaan terdesak.

Santiago berdiri dengan satu tangan bersandar di dinding berbahan bata merah itu. Cuaca dingin itu bahkan sudah tidak terasa dingin lagi walaupun sangat tidak mungkin berkeringat di malam dingin seperti ini. Rose gemetar takut namun dia berusaha menenangkan diri.

" Apa yang sudah Pria itu janjikan padamu?"

Tanya Santiago.

Gadis itu menyipitkan mata.

" Apa dia menjanjikanmu kehidupan bahagia selamanya seperti di dalam dongeng?"

" Apa kau sebodoh itu?"

Kembali memberondongi pertanyaan.

" Apa karena dia Pria Kaya Raya?"

" Apa kekayaannya menyilaukan matamu?"

Terkekeh seperti tidak percaya.

" Jika itu uang, aku sama sepertinya!"

Teriaknya sembari memukul dinding itu dan membuat Rose menutup kedua telinganya. Dia memejamkan mata ketakutan dengan berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang