Chapter 7

47.6K 2.2K 18
                                        

" Al?"

Ucapnya dengan mata membulat.

Mereka saling beradu pandang. Rose memberi sebuah tatapan rindu yang sudah tersimpan berbeda dengan Alexander yang penuh tanda tanya.

" Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

Balasnya bertanya.

Pertanyaan Rose membuat hatinya seperti tersambar petir. Air mata sudah berkumpul di ujung mata. Dia menangis di hadapan Pria yang ternyata sudah menjadi pria yang berbeda.

Rose tak ingin mencederainya dan memilih untuk menghentikan semua upaya yang sempat terlintas di ingatannya. Dia tahu semua akan sia-sia dan hanya akan menyakiti mereka berdua. Jadi dia menarik tubuhnya untuk terbangun dan pergi berlari menuju lift suite itu.

Rose menangis sejadi-jadinya di dalam lift.

Ya Tuhan bantu aku ini terlalu menyakitkan!

Keluhnya.

Hingga lift tiba di lantai dasar dan terbuka. Dia menghapus air mata yang terus menerus terurai di wajahnya. Berjalan cepat karena sudah ada banyak orang yang menunggu di hadapannya. Satu hal yang ada dalam pikirannya.

Dia butuh minuman keras!

Wanita itu berjalan menuju Club yang merupakan salah satu fasilitas Suite itu.
Ini malam minggu dan Club manapun di Vegas pasti akan dipenuhi pengunjung. Beruntung dia mendapatkan satu kursi kosong.
Dia duduk dan termenung di depan sebuah meja yang tepat berada di depan para Bartender.

Dia sebetulnya tidak menyukai minuman keras. Tetapi pikirannya hanya tertuju pada minum-minum karena mungkin hanya itu yang mampu  menghibur hatinya.

Flashlight membuat langit-langit Club yang gelap terlihat berkelap-kelip. Pantulan cahaya itu sangat mencirikan gemerlap dunia malam di Sin City, begitu mereka menyebutnya.

" Tolong beri aku 5 sloki lagi."

Ujarnya pada Bartender yang berdiri di hadapannya.

Bartender itu menggelengkan kepalanya. Sudah lima sloki dan dia menambahkan porsinya. Cukup gila untuk seorang gadis. Para Pria menaruh perhatian mereka pada gadis bertubuh mungil dengan gaun Rose Gold yang sangat cantik itu. Mereka ingin menggodanya tetapi tak punya cukup nyali hingga akhirnya melewatkannya saja.

Tidak sampai lima menit minuman yang dia pesan tersedia dihadapannya. Lima sloki Tequila tanpa campuran dengan sepiring garam dan jeruk nipis. Dia mengoleskan garam di pinggiran kelima gelas tersebut lalu meminumnya satu persatu tanpa jeda.

Dalam keadaan setengah mabuk dia berbicara sendiri dan meracau.


" Apa yang kau lakukan di London saat itu, huh?"

Ucapnya dengan suara parau.

" Seharusnya aku pergi saja tidak menghiraukanmu."

Kembali berucap.

Dia tertidur di atas lengan kirinya. Wajahnya menghadap ke kanan dan pandangan yang mulai samar. Penglihatannya mulai kabur hingga butuh mengejap-ngejapkan beberapa kali untuk lebih jelas.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang