Chapter 9

38.9K 2K 19
                                    

Rapat selesai setelah ketegangan itu akhirnya di interupsi oleh Max. Max melanjutkan rapat dengan mendengarkan David yang memperesentasikan laporan peninjauan tentang Spanyol. Rose membaca semua laporan itu dengan cepat melupakan ketegangan yang sempat terjadi. Alexander tetap saja menatapnya sejak tadi sambil sesekali mengalihkan perhatian dengan memberi tanggapan.

Sial aku benci sekali seperti ini!

Mengumpat dalam hati.

Konsentrasinya tidak pada proyek besar itu. Dia membenci diri dan sikapnya sekarang yang mudah teralihkan. Paling parahnya semua itu di akibatkan hanya oleh satu orang perempuan dimana dia sudah bersumpah tidak akan ada satu wanitapun yang akan membuat konsetrasinya pada bisnis akan berubah. Victoria yang mantan tunangannya pun tidak membuat pikirannya goyah.

Berkali-kali dia menarik nafas dan menghembuskannya.

Rapat selesai tepat jam makan siang. Pihak Perusahaan menyediakan makan siang bersama yang di pesan ke salah satu Restoran Michelin Star. Rose masih di mejanya merapikan berkas dan Alexander sedang berbicara dengan para Kepala Divisi.

" Apa kau tahu makan siang hari ini dari restoran mahal terbaik di Kota ini?"

Bisik Brenda.

Rose mengalihkan pandangan ke sekelilingnya dimana para pegawai sudah menuju ruangan yang berbeda. Dia mengalihkan kembali pandangannya pada Alexander yang terlihat serius berbicara dengan membayangkan bagaimana situasi aneh yang akan dia hadapi dengan datang ke acara makan siang itu.

" Pergilah makan siang dengan Perusahaan duluan, Brenda."

Ucapnya tegas.

" Ada yang harus aku kerjakan."

Memberi senyuman palsu.

Brenda merasa sedikit kecewa karena harus makan siang sendiri tetapi Sasha tiba-tiba datang memanggil mereka dan melambaikan tangannya membuat sedikit perasaan kecewa itu terobati. Dia akhir berpamitan dan pergi duluan.

Rose dengan berkas di dalam pelukannya pergi menuju pintu keluar. CEO Perusahaan itu yang sedang berbicara menyadari wanita itu pergi menuju pintu keluar. Matanya mengikuti tubuh wanita itu yang sedang berjalan tetapi tidak ke arah yang menuju ruangan lain tempat makan siang di adakan. Hal itu membuatnya merasa penasaran kemana perginya dia.

" Tunggu disini sebentar."

Ucapnya pada David dan Kepala Divisi lainnya.

Bayangan Rose yang menghilang dari pandangan matanya membuatnya merasa sebal. Dia tidak tahu apa penyebabnya tetapi sikap impulsif kembali menguasainya. Dia berjalan cepat agar tidak kehilangan jejak wanita itu karena untuk mencarinya di gedung sebesar ini bukanlah pekerjaan mudah. Dengan langkah setengah berlari mengejar wanita itu bukanlah hal yang susah.

Rose memasuki lift dan menekan tombol menuju lobi. Dia memilih menggunakan lift di sebelahnya dan menekan tombol yang sama yaitu menuju lobi. Para Pegawai memberi senyuman padanya yang dibalas dengan satu senyuman kaku. Mereka bermaksud menyapa karena bertemu dengannya apalagi berada dalam satu lift adalah hal yang langka. Itupun hanya untuk orang yang memang benar-benar tahu bagaimana rupa wajahnya.

Dia memang jarang menggunakan lift umum.

Santiago tiba di gedung megah yang tinggi itu. Dia memberikan kunci mobil pada petugas vallet parkir yang sudah sigap menunggunya. Berkali-kali dia menghela nafas karena dia tahu memasuki kandang musuh bukanlah hal yang mudah. Dengan menggenggam sebuah tag nama lengkap dengan foto di tangannya, dia berniat untuk bertemu kembali dengan dalih mengembalikan tag nama tersebut. Dia menggenggam tag nama itu dengan kuat lalu melangkahkan kaki dengan mantap.

IMPULSIVE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang