Learn To Love. 1

58.8K 3.1K 38
                                    

Seorang gadis berjalan di koridor sekolah barunya dengan di dampingi Headmaster nya. Buku buku tebal ia genggam ditangan.

Mata hazelnya terus melihat kebawah. Rambutnya yang terurai tertiup angin. Membuatnya terlihat memesona.

"Ayo masuk." Headmaster atau Kepala Sekolah itu mempersilahkan gadis itu masuk.

Ia mengangguk. Gadis itu mulai memasuki kelasnya. Diam. Sangat diam. Tak sama dengan sekolah dulunya yang bagaikan lautan manusia.

Kelas 12 A adalah kelas unggulan. Tak ada yang mengalahkan kecerdasan anak kelas ini. Dan gadis itu beruntung. Dengan IQ 190 dan Nilai kelulusan yang tinggi membuatnya dengan mudah masuk Kelas unggulan. Kecerdasannya hampir mendekati sempurna.

Semua siswa tertuju padanya. Senyuman itu terus mengembang diwajah gadis itu.

Mata laki laki yang biasanya hanya menatap buku , mulai memperhatikan lekukan tubuh dan wajah gadis itu.

"Perkenalkan , Namaku Prilly. Saya pindahan dari Amsterdam , Belanda. Semoga kalian bisa menerimaku."

Suara lembut itu masih sesekali memakai logat inggrisnya. Walaupun lahir di Indonesia , tapi ia sudah terbiasa dengan suasana Belanda.

"Baiklah Prilly. Duduklah."

Prilly. Ya. Prilly gadis cantik yang selalu mengumbar senyumnya. Rambutnya yang lurus sebahu membuatnya terlihat kalem.

Mata coklatnya terus melihat dan menghafal semua wajah teman teman barunya disini.

Prilly duduk ditengah tengah. Bangku kosong yang mungkin sudah dipersiapkan untuk dirinya.

Ia mulai menaruh bukunya dimeja. Mengambil buku catatan di tasnya.

Matanya sudah mulai menatap papan tulis. Ia mengambil kacamatanya untuk membantu melihat jarak jauh.

Kacamata bulat itu semakin memperindah wajahnya. Malah semakin imut.

Penjelasan demi penjelasan ia dengarkan. Otaknya begitu paham. Syarafnya sudah menerima pelajaran pelajaran itu dengan mudah.

Kimia. Salah satu pelajaran kesukaannya. Ia selalu bisa menguasai pelajaran itu dengan cepat dan mudah.**

Bel tanda istirahat sudah terdengar. Matanya masih tak lepas dari buku.

"Haii. Prilly?" Seseorang menepuk pundak Prilly.

"Eh. Hai." Prilly tersenyum kikuk. Seorang gadis cantik dan manis itu tersenyum dengan Prilly.

Ia duduk di kursi depan meja Prilly. Ia menopang dagunya.

"Lo cantik banget asli! Lo orang apaan siih? Amrik? Kanada? Belgia? Singapura?"

Prilly tertawa.

"Nama kamu siapa?" Prilly menutup bukunya. Mulai menatap gadis yang berada didepannya itu.

"Jessica Mila. Mila aja cukup kok. Waw banget gue bisa spiking sama lo!"

Prilly hanya tertawa kecil.

"Oh ya? Perpustakaan dimana?" Prilly bertanya.

"Lo lurus aja , samping TU itu baru perpus. Tapi gue gak ikut ya? Gue ke kantin dulu." Prilly mengangguk.**

Matanya mulai menelusuri rak rak buku. Semuanya sangat menarik menurutnya.

Tangan gadis itu mulai menarik sebuah buku Misteri Segitiga Bermuda.

Prilly mengernyit. "Kenapa susah banget siih?"

Prilly menariik nariik buku itu. Tapi sepertinya diseberang lain ada tangan lain yang ingin mengambilnya.

Ia mengesampingkan buku itu.

Seorang laki laki berparas tampan sedang menatap dingin dirinya.

Bulu mata laki laki itu membuat Prilly terpana. Tapi membuat kesal dirinya juga.

"Buat kamu aja deh." Prilly menemuinya diujung rak.

"Thanks."

Prilly bertanya tanya. Siapa laki laki itu? Tapi Prilly tak mau ambil pusing. Ia tak memikirkannya.

Prilly mulai mengambil buku lain. Ia duduk dibangku yang telah disediakan.

Semenit kemudian, ada yang menggebrak meja itu.

"Siapa lo!? Berani beraninya lo duduk ditempat gue. Lo gak kenal gue?" Perempuan ini menatap Prilly dengan mata yang membara.

"Gak kenal. Soalnya aku baru disini." Ucap Prilly polos.

"Oh astaga. Nama gue Feli. Gue orang terkaya disekolah ini"

Orang terkaya? Memangnya sekaya apa dia? Bukankah yang kaya orangtuanya?

"Baiklah. Maaf." Prilly kembali duduk.

"Loo!" Feli menggeram. Tangan Prilly ditarik paksa. Semua mata tertuju pada keduanya.

Tangan Feli mulai mengudara siap untuk mendarat dipipi mulus Prilly. Tapi dengan cepat tangannya ditahan seseorang.

Feli berbalik. "Li! Kamu kenapa siih? Belaiin dia?!"

Prilly memandang laki laki itu. Laki laki tadi. 'Li?' Namanya Li?

"Jangan sekali sekali lo ganggu dia. Lo gak pantes ganggu dia." Ucapnya datar.

Prilly menatapnya. Dia tampan. Sangat tampan. Tapi sayang, sifatnya terlalu cuek.

Learn To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang