Part 10

1.8K 75 2
                                    

Terdengar suara dari salah satu pramugara yang memberikan peringatan bahwa kota yang kami tuju sudah dekat, berhasil membangunkanku dari tidurku yang cukup pulas. Pemberitahuan untuk memasang sabuk pengamanpun sudah dibunyikan. Akhirnya pesawat yang aku tumpangi berhasil mendarat dengan sempurna. Aku mulai beranjak dari bangku dan meninggalkan pesawat. Kota Jogja cukup panas saat ini, bulir keringat mulai jatuh dari dahiku, beruntung dinginnya ac mampu menahan buliran berikutnya ikut jatuh.
Aku mulai menunggu pengambilan koperku, dengan bosan aku mulai membuka ponselku dan apa yang aku dapat? sebuah pesan singat dari Belvara.
'Semangat Zoya, aku tahu kamu pasti bisa.' Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, tapi aku mengurungkan niatku. Dengan balasan pesan yang singkat aku hanya mengucapkan terimakasih. Benarkan apa yang aku duga, dia tidak membalasnya.

Aku mulai mencari taksi setelah aku selesai dengan urusanku di bandara. Dengan cepat aku langsung menuju apartemen yang sudah ayah belikan khusus untukku, ingin sekali aku merebahkan tubuhku, karena tubuhku ini sudah tak mampu sebenarnya untuk berjalan lagi. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk menuju apartemen dari airport. Benar-benar sangat strategis apartemen yang ayah pilihkan.

Sesampainya di apartemen aku meraih ponselku saat berbaring di kasur, aku selalu memikirkan Belvara, bagaimana dia tahu aku pergi hari ini? ayah pasti sudah memberitahunya. Sudahlah, tidak perlu aku memikirkannya, lagi pula aku harus istirahat total hari ini, karena esok hari adalah hari yang melelahkan untukku mencari berbagai macam keperluan kuliah minggu depan.

"Pak, ke University Peter ya." Aku masuk ke dalam taksi.
Saat menuju ke kampus, aku memperhatikan sepanjang jalan kota istimewa ini, benar-benar sangat menyenangkan sebenarnya jika berjalan kaki, tetapi jarak dari tempat tinggalku menuju kampus memang cukup jauh.
Hanya membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai di kampus baruku. Aku benar-benar sangat kesulitan untuk melakukan daftar ulang, tidak ada yang bisa kukenali untuk meminta bantuan. Kali ini aku memang harus belajar hidup mandiri.
"Permisi, ruang pendaftaran ulang di mana ya?" tanyaku pada seorang perempuan, sepertinya dia mahasiswa baru sama sepertiku.
Dia pun memberikan arahan padaku dengan sangat sopan, di kota ini tidak jarang aku menemukan orang-orang yang memiliki sifat yang baik dan ramah, tidak seperti di Jakarta, sangat sulit mencari sifat orang yang ramah dan sopan seperti di Jogja.

Selesai mendaftar ulang, aku mulai mencari beberapa buku yang aku rasa penting, teringat pada seseorang yang memintaku untuk menemaninya mencari buku. Dulu setiap aku mengunjungi toko buku, hanya buku komik yang aku cari, tapi sekarang sangat amat berbeda. Belva, andai kamu tahu, aku ingin kamu berada di sini, di samping aku.

Tepat satu minggu aku berada di Jogja, hari ini saatnya aku mengikuti kegiatan ospek mahasiswa baru, seperti biasanya, senior akan selalu menindas juniornya.

Sesampainya aku di gerbang kampus, seorang senior perempuan menghadang langkahku.
"Sekarang jam berapa?" dia mengetuk-ngetuk jam di pergelangan tangannya.
Aku hanya memandangnya dengan tatapan heran. Apa dia tidak bisa membaca? sampai-sampai harus bertanya padaku?
"Kamu sudah terlambat 30 menit." Katanya dengan nada tinggi.
"Oh, gitu ya? maafkan aku." Jawabku enteng.
"Push up." Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Hah?" aku terperangah mendengar perkataannya.
"Satu.."
Dengan berat hati, aku menuruti perintahnya karena dia sudah mulai menghitung. Belum sempat aku berlutut, seorang senior laki-laki yang tidak begitu jelas wajahnya menghentikanku dan menarikku untuk masuk ke dalam gedung kampus.
"Pergilah menuju ruang itu, kegiatan pengenalan senior sudah dimulai. Kamu sudah terlambat." Laki-laki itu menunjuk kearah ruangan yang berada dilantai dua.
Belum sempat aku mengucapkan terimakasih, laki-laki itu sudah pergi. Aku ragu ingin memasuki ruangan itu, karena aku malu jika datang terlambat. Semua mahasiswa baru sama sekali tidak terlihat di sekitar kampus, semuanya sedang berada dikelas untuk mendapatkan arahan dari senior, tapi aku asyik berada di kantin. Terlihat dari sudut pandanganku semua orang memperhatikanku, mungkin mereka merasa aneh dengan keberadaanku disini, bukannya di dalam kelas.
"Jus jambu satu ya bu."
Ibu penjual jus itu mulai membuat minuman yang aku minta tanpa menjawab ucapanku. Tidak lama gelas plastik berisi jus jambu yang di genggam ibu tua itu diberikan kepadaku, ketika aku ingin meraihnya seorang senior perempuan yang ingin mehukumku tadi merebut minumanku dan melemparnya hingga seluruh isi dari gelas itu tumpah.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang